detaktangsel.com Berlin – Dukungan kemanusiaan terhadap rakyat Palestina terus mengalir dari berbagai kalangan, termasuk para musisi internasional. Namun, aksi solidaritas tersebut tak jarang menuai kontroversi, seperti yang dialami grup post-punk asal Irlandia, The Murder Capital.
Grup ini terpaksa membatalkan dua pertunjukan mereka di Jerman setelah tetap bersikeras memajang bendera Palestina di atas panggung. Salah satu pertunjukan yang dijadwalkan berlangsung di Gretchen, Berlin, pada Sabtu (10 Mei), dilaporkan dibatalkan setelah diskusi intens antara promotor dan pihak band terkait penggunaan simbol tersebut.
Dalam pernyataan yang disampaikan di luar lokasi pertunjukan, The Murder Capital menjelaskan kronologi keputusan mereka sambil tetap memegang bendera Palestina.
“Kami tiba di Berlin pagi ini. Kami tidak tahu bahwa kami tidak diizinkan untuk mengibarkan bendera ini di sini hari ini,” ungkap mereka, seperti dikutip dari Billboard.
Mereka menyebut telah berdiskusi selama satu jam sebelum memutuskan untuk tidak menurunkan bendera dari panggung, meskipun menyadari kemungkinan pembatalan pertunjukan.
“Itu adalah keputusan yang mudah dibuat, tetapi kami mendiskusikan kemungkinan hasilnya, ‘Bagaimana jika mereka memutuskan untuk membatalkan pertunjukan?'” ujar perwakilan band.
Pihak penyelenggara dikabarkan menolak tidak hanya pengibaran bendera, tetapi juga penggunaan spanduk bertuliskan “Free Palestine”. Band tersebut menyatakan bahwa tindakan mereka bukan sekadar pernyataan politik, tetapi bentuk empati kemanusiaan terhadap penderitaan rakyat Palestina.
“Ini bukan hanya tentang bendera nasional. Ini tentang pernyataan politik. Dan bagi kami ini bukan hanya pernyataan politik, ini adalah pernyataan kemanusiaan,” tegas mereka.
“Ini tentang orang-orang yang sekarat dan dibantai setiap hari, dan itu sedang terjadi saat ini.”
Menurut band yang telah lama menyuarakan solidaritas terhadap Palestina tersebut, mengibarkan bendera di atas panggung adalah bagian dari komitmen mereka sebagai seniman terhadap isu kemanusiaan.
“Akan menjadi tindakan yang salah jika kami menyingkirkannya dari panggung hanya agar tempat tersebut tetap menyenangkan. Kami tidak setuju dengan itu,” lanjut mereka.
“Kami berharap musik, seni, dan teater dapat bebas dari diskusi politik, tetapi dengan kondisi dunia saat ini, sayangnya hal itu tidak mungkin terjadi.”
Pernyataan tersebut ditutup dengan pesan yang kuat:
“Kami sangat menghargai semua dukungan Anda. Namun yang terpenting, bebaskan Palestina.”
Sebagai catatan, Jerman memiliki regulasi yang ketat terkait isu antisemitisme. Seperti dilaporkan oleh The Hollywood Reporter, Festival Film Berlin sebelumnya juga memberikan imbauan agar peserta berhati-hati dalam menggunakan simbol atau bahasa solidaritas, demi menghindari kategori ujaran kebencian yang melanggar hukum negara tersebut.