Mengapa Tipology Batu Nisan Demak Bergaya Mataram Banyak Bersebaran Di Wilayah Tangsel, Banten Dan Bogor? Apakah Penghuninya Berasal Dari Demak Dan Mataram?

Mengapa Tipology Batu Nisan Demak Bergaya Mataram Banyak Bersebaran Di Wilayah Tangsel, Banten Dan Bogor? Apakah Penghuninya Berasal Dari Demak Dan Mataram?

detaktangsel.com Pertanyaan ini kerap sy terima usainya sy memposting video mengenai temuan2 sy mengenai batu nisan di wilayah Tangsel yg banyak menggunakan tipology Mataram dan Sulawesi lewat channel youtube Roemah Boemi.

Dan di sini sy akan mencoba memberikan penjelasan singkat mengenai kenapa dan bagai mana kemudian batu2 nisan tersebut bisa berada di ketiga wilayah yg sy sebutkan di atas.

Tarik nafas dalam2 dan...yuk kita kemon.

Jadi begini, pada mulanya wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat termasuk Galuh, Sumedang Larang, Cirebon dan Banten adalah vasal Demak. Usai runtuhnya Kesultanan Demak oleh Pajang di tahun 1556 yg dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir), beliau menyerahkan sebagian wilayah kekuasan Demak di Mataram kepada Danang Sutawijaya atas jasanya dlm membantu dlm peperangan melawan Demak. Namun setelah Joko Tingkir wafat, Mataram berhasil menguasai Pajang. Dengan demikian keinginan Mataram untuk kembali mendulang prestasi Demak dan Pajang yg dapat menguasai Pulau Jawa dibangkitkan kembali. Menurutnya semua wilayah2 yg pernah menjadi bagian dari vasal Demak harus mengakui kedaulatan Mataram sebagai penguasa baru Pulau Jawa.

 

Dan semuanya menerima kecuali Banten. Maka pada tahun 1628, Mataram meminta Banten supaya menyerahkan diri kepada Mataram namun Banten menolak. Di masa bersamaan yakni pada tahun 1628 dan 1629, Mataram menyerang Batavia namun gagal. Dan untuk mengantisipasi sewaktu2 ada serbuan dari Mataram, maka Banten mengerahkan tentaranya ke perbatasan dengan Batavia di sisi sungai Cisadane *(sekitar Lengkong hingga ke hulu di Ciampea) untuk berjaga2. Pasukan tersebut dibantu oleh serdadu2 dari Bugis dan Makasar di bawah pimpinan Daeng Mangapa dan Karaeng Bisai.

Dan tahun 1644, utusan Mataram tiba kembali di Banten dengan maksud  memintanya menjadi sekutu. Banten tetap menolak krn saat itu Banten merasa lebih kuat karena didukung penuh oleh eks kekuatan pasukan Goa Talo dari Makasar. Bahkan Banten tengah mempersiapkan diri untuk merebut kembali Cirebon dari pengaruh Mataram.

Mendengar jawaban tersebut Sultan Agung di Mataram marah besar kemudian memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Banten. Dan tidak sampai di situ, Sultan juga memberlakukan aturan tegas kepada Patih dan para prajuritnya bahwa jika mereka gagal dan kembali ke Mataram maka akan dihukum mati.

Dua tahun kemudian, dua misi diplomatik tiba di Banten; mereka meminta agar Banten menyerahkan diri kepada Mataram. Banten menjawab bahwa Banten hanya tunduk kepada pimpinan besar mereka di Mekah.

Mataram segera memberikan reaksi dengan mengirim armada angkatan laut dari Cirebon, vasal Mataram, untuk menyerang Banten.

Ironisnya, hampir semua pasukan perang Mataram tersebut adalah mereka2 yg berasal dari wilayah Pasundan vasal Mataram. Seperti Cirebon, Galuh, Sumedang, Tasik dan Bandung.
Terjadilah pertempuran sengit di lautan sekitar Tangerang dan di hulu Sungai Cisadane. Banten berhasil memenangkan pertempuran ini serta membunuh lima ratus tentara Cirebon. Dengan demikian Mataram dapat dikalahkan oleh Banten.

Melihat kekalahan perang tersebut, banyak sisa2 pasukan Mataram yg masih hidup menyerahkan diri dan memilih tinggal menetap di wilayah Banten, Tangerang dan Bogor ketimbang kembali ke Mararam yg bisa berakibat di
hukuman mati. Disamping secara hubungan kekerabatan masih memiliki hubungan yg cukup dekat sesama tanah Pasundan.

Mereka tinggal dan menetap di wilayah Banten dan umumnya di sepanjang aliran Sungai Cisadane hingga ke hulu di Ciampea. Ada yg berprofesi sebagai buruh di perkebunan2 milik Tuan Tanah, ada yg bekerja sebagai petani, pengusaha, pedagang dan petugas penarik cukai di beberapa distrik wilayah Tangerang dan Bogor hingga akhir hayatnya. Jasad mereka kemudian dimakamkan di tempat di mana kita liat sekarang.

Itulah sejarah singkat mengapa kemudian banyak kita jumpai tipology batu2 nisan dng langgam Mataram di wilayah Banten,Tangerang,Bogor khususnya di wilayah Tangerang Selatan...*

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Oleh: Agam Pamungkas Lubah

HISTORIA Tangsel
Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
24 Januari 2024

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online