Penyebab Penurunan Populasi yang Tengah Dialami China

Penurunan populasi di China. Ilustrasi: Aisyah/dt Penurunan populasi di China. Ilustrasi: Aisyah/dt

Detaktangsel.com, DUNIA -- China telah mengalami penurunan populasi dalam beberapa dekade, yang disebut perubahan besar oleh para ahli.

Biro Statistik Nasional melaporkan bahwa negara tersebut memiliki 850.000 orang lebih sedikit pada akhir 2022 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penghitungan ini hanya mencakup populasi China daratan, tidak termasuk Hong Kong dan Makau serta penduduk asing.

Lebih dari 1 juta bayi lahir lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya di tengah ekonomi yang melambat dan penguncian pandemi yang meluas, menurut angka resmi. Biro tersebut melaporkan 9,56 juta kelahiran pada tahun 2022; kematian berdetak hingga 10,41 juta.

Tingkat kelahiran di China mengalami penurunan selama bertahun-tahun disebabkan adanya kebijakan satu anak yang kontroversial, yang telah diperkenalkan sejak tahun 1979 untuk menekan pertumbuhan populasi di negara tersebut.

Keluarga yang melanggar aturan akan didenda, bahkan dalam beberapa kasus mereka juga dapat kehilangan pekerjaanya. Selain itu juga, dalam budaya yang secara historis yang lebih menyukai anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan, menyebabkan banyak terjadinya aborsi paksa dan dilaporkan rasio gender yang timpang dari tahun 1980-an.

Namun, kebijakan itu telah dihapus sejak 2016 dan pasangan suami istri kini diizinkan memiliki dua anak. Dalam beberapa tahun terakhir. pemerintah China juga telah memberikan keringanan pajak dan perawatan kesehatan ibu yang lebih baik demi memperlambat penurunan angka kelahiran.

Populasi China telah menurun 9-10 tahun lebih awal dari perkiraan pejabat China dan proyeksi PBB, kata Yi Fuxian, seorang ahli demografi dan pakar tren populasi China di University of Wisconsin-Madison.

China mengalami penurunan populasi terakhir kali saat era "Lompatan Jauh ke Depan" pada akhir 1950-an, di bawah pemimpin saat itu yaitu Mao Zedong yang memberlakukan pertanian kolektif dan industrialisasi, yang telah menghasilkan kelaparan besar-besaran dan menewaskan puluhan juta orang.

Biro statistik China mengatakan populasi usia kerja antara 16 dan 59 tahun berjumlah 875,56 juta, terhitung 62 persen dari populasi nasional, sedangkan mereka yang berusia 65 tahun ke atas berjumlah 209,78 juta, terhitung 14,9 persen dari total.

Belum jelas apakah angka populasi ini dipengaruhi oleh wabah COVID-19 yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan di China Tengah sebelum menyebar ke seluruh dunia.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online