Menurut Kadinsos, biasanya Gepeng tersebut ada di jalan atau tempat umum lainnya. Karena keberadaan mereka mengganggu ketentraman dan ketertiban umum, maka menjadi target operasi Satpol PP, kemudian diserahkan ke Dinsos.
"Kita terima, didata, dilayani pemenuhan kebutahan dasarnya, khususnya pangan sampai kita kembalikan ke kelurga atau daerah masing-masing. Bagi warga Tangsel bisa kita berikan pelatihan-pelatihan ketrampilan," papar Kadinsos Tangsel.
Sepanjang di area publik, lanjut Wahyunoto Lukman, keberadaan Gepeng tersebut, apalagi mengganggu tramtibum memang harus diawasi dan dijaring keberadaanya.
"Yang leading sector-nya Satpol PP," imbuhnya
Dijelaskan Wahyunoto, titik lokasi Gepeng juga tergantung waktu tertentu. Misal, saat ramadhan atau menjelang Idul Fitri itu banyak manusia gerobak, khususnya di titik kolong jembatan rel Kereta Api/pintu exit tol, termasuk di Perumahan Kencana Loka.
Dari pantauan Dinas Sosial, di waktu-waktu biasa seperti sekarang, keberadaan pengemis di pagi hari dan sore di pertigaan Tifico Fiber Indonesia, Kecamatan Serpong Utara, pertigaan Jalan Dewi Sartika, Kelurahan Rempoa, dan di pasar-pasar tradisional, seperti pasar Ciputat dan pasar Serpong.
"Sudah kita amati, sudah pernah kita data, memang ada yang itu lagi kembali. Ada juga yang lain, tapi tatap sepetinya mereka terorganisir, sudah tahu mengatur waktu dan tempatnya. Kita juga koordinasi dan kerja dg Dinsos dari daerah lain, misal dengan Dinsos Kota Tangerang, Kota Depok, dan DKI Jakarta. Modus operandi mereka cukup rapih.
Sementara, dalam target operasi, keberadaan diikuti sampai ditangkap. Dari hasil penangkapan Gepeng tersebut ada yang memiliki hasil hingga mencapai belasan juta rupiah. "Orang yang ditarget memang yang itu-itu juga, tapi berpindah-pidah lokasi, bahkan beroperasi antar daerah.
Kadinsos Tangsel yang saat ini tengah mengikuti Diklatpim II di Banten berharap, Kota Tangsel harus bebas Gepeng, guna mendukung Kota Tangsel Cerdas, Modern, dan Relegius.