Pasalnya, dari sekian banyak orang yang datang ke gedung parlemen Tangsel itu, pria tersebut justru chuek bebek dengan setelan khas salah satu etnis yang ada di Provinsi Banten.

 

Nyeker alias tanpa alas kaki, celana putih selutut di balut baju putih, ikat kepala putih minuman madu dan berbagai kelengkapan lainnya, juga dibawanya di dalam sebuah tas Koja melilit di tubuh pria tersebut. Tas Koja sendiri terbuat dari kulit pohon Salam yang di kerjakan oleh suku yang ada di Banten.

 

Usut punya usut, pria tersebut merupakan kepala OPD di Dinas Pariwisata Kota Tangsel, Dadang Sopyan nama pria itu di sebut.

 

"Pimpinan menginstruksikan agar di HUT Tangsel ke 11 ini, kami harus memakai pakaian khas daerah. Makanya saya pakai pakaian khas adat suku Baduy," kata Dadang di DPRD Tangsel, Senin (26/11/2019).

 

Dadang bilang, di pilihnya pakaian khas Baduy di HUT Kota Tangsel kali ini, bukan tanpa alasan. Menurutnya, di pilihnya pakaian tersebut sekaligus untuk mempromosikan kebudayaan yang terdapat pada suku Baduy.

 

"Baduy itu kan etnis yang ada di Provinsi Banten. Di Baduy juga merupakan tujuan wisata yang bisa dijadikan destinasi wisata," beber dia.

 

Menurut Dadang, yang membuat dirinya kenakan busana khas Baduy, karena orang-orang Baduy merupakan pribadi yang ulet, kuat dan jujur.

 

"Dari sisi fisik, dia (orang Baduy) tangguh dan kuat. Mereka juga orangnya ulet, mereka juga jujur. Intinya kami ingin mengenalkan budaya Baduy, Baduy Dalam," beber suami dari Anggota DPRD Tangsel, Zulfa Sungki Setyawati ini.

 

Pantauan di gedung DPRD Kota Tangsel, tak sedikit tamu yang menghadiri paripurna HUT Ke 11 Kota Tangsel yang berlangsung di gedung DPRD tersebut melakukan swafoto bersama Dadang Sopyan.