Rapat Evaluasi Adipura, Camat Dan Kepala DKPP Tangsel Kena Damprat Airin

Rapat Evaluasi Adipura, Camat Dan Kepala DKPP Tangsel Kena Damprat Airin

detaktangsel.com- SETU, Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany menggelar evaluasi penilaian Adipura. Camat dan lurah se-Kota Tangsel ikut hadir. Begitu juga Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berkaitan dengan lingkungan dan kebersihan. Dalam evaluasi ini, Kepala Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangsel Mohammad Taher Rachmadi, kena semprot Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany. Kejadian ini diawali dari pembacaan nilai adipura yang diperoleh setiap sektor.

Saat itu, Airin mengatakan bahwa sebelum ia memberikan sambutan soal adipura, ia akan membeberkan perolehan nilai Adipura Tangsel hasil penilaian tahap 2 (P2). Menurutnya, ternyata nilai tersebut masih jauh dari yang diharapkan.

"Wilayah pemukiman cuma dapat nilai 71,49. Sementara, nilai minimal kita dapat 75," katany, Jumat (5/9) di Puspiptek, Setu.

Airin mengaku heran dengan nilai dari kawasan perumahan tersebut. Sebab, perumahan semestinya nilai yang harus diperoleh besar karena banyak yang membersihkan, yaitu warga perumahan setempat.

"Tapi, kita lihat disini, Pondok Benda baru 62,7, harusnya pemukiman lebih mudah. Camat sama lurahnya ke mana ini? Berarti camat dan lurah gak jalan," ujarnya.

Kemudian, Airin melanjutkan membacakan perolehan nilai untuk jalan utama dan jalan arteri pendukung lainnya. Poinnya hanya mendapat 64 jauh dari angka minimal untuk memperoleh penilaian kategori baik dalam Adipura. Dari sinilah, Airin mulai menyemprot Taher, Kepala DKPP Tangsel.

"Ini berarti gagal kebersihan jalannya. Pak Taher mana?" Kata Airin, sambil melemparkan pandangannya ke arah peserta rapat yang tunjuk tangan.

Saat itu, Taher duduk di bangku paling belakang. "Hadir bu," kata Taher setengah berteriak, berdiri dan mengangkat tangan.

"Pak Taher, di Jalan Raya Serpong ada penyapu jalan ngak? Kalau ada, kenapa sampah ada terus. Kenapa Jalan Raya Puspiptek juga nilainya kecil," kata Airin kesal.

Pada saat itu, Taher menjawab seadanya. Ia bilang "ada, mereka bekerja. Menyapu setiap pagi dan sore," ujar Taher.

Airin melanjutkan, kalau tukang sapunya ada dan bekerja sementara nilainya masih kecil maka harus ada yang diperbaiki. Kepala DKPP Tangsel harus turun ke lapangan. Jangan hanya percaya dengan laporan anak buah bahwa penyapu jalan sudah bekerja dengan baik.

"Ini evaluasi saya. Jalan puspiptek, 59,6. Walau sudah ada tukang sapu, tapi kenapa nilainya kecil. Mulai sekarang, cek kelapangan. Pastikan itu kalau mereka bekerja. Kan anggarannya besar, tapi kenapa hasilnya kurang maksimal," tutur Airin lagi.

Selain menginstruksikan Taher turun ke lapangan, Airin juga meminta agar dibuat skema lebih baik untuk masalah persampahan ini. Kalau perlu ditambah orang.

"Untuk jalan, jelas anggarannya. Kalau seperti ini, tukang sapunya bekerja tidak maksimal," ujarnya.

Tak hanya Taher yang kena semprot. Sejumlah camat pun, tak luput dari evaluasi Airin hari itu. Seperti, Camat Serpong Durahman dan Camat Pamulang. Durahman terkena semprot Airin karena para pedagang dipasar Serpong tumpah ke jalan. Dari pasar ini, nilai yang diperoleh hanya 62 poin.

"Pak camat juga harus setiap hari lihat. Tidak apa-apa, semenit dua menit ke sana. Yang pasti, bapak harus bisa memastikan bahwa di situ sudah tertib apa belum, jangan kalau ada kegiatan Pasar Serpong baru dibereskan. Atau, kalau juri mau datang. Ada juri, gerak. Gak ada, begitu lagi," papar Airin lagi.

Kemarahan Airin soal kinerja anak buahnya semakin memuncak. Terutama sampah-sampah yang menumpuk disejumlah pasar. Terutama sampah di pasar Jombang dan Pasar Ciputat-Cimanggis, di pasar ini nilai yang didapat hanya 30 poin. Airin pun menyayangkan keadaan ini, Sehingga, ketika pasar itu jelek maka Tangsel di mata warga menimbulkan kesan negatif.

"Padahal banyak dilewati orang penting. Kalau hanya 30 nilainya, ini keterlaluan," katanya.

Setelah selesainya acara, Kepala DKPP Tangsel terlihat jalan terburu-buru. Saat sejumlah wartawan menghampiri pria dengan gaya khas rambut merahnya menanyakan hasil evaluasi yang ditujukan oleh Airin kepadanya, ia pun langsung cuek. Bahkan, ketika ditanya ia menolak memberikan jawaban.

"Sebenarnya, ada yang salah dengan penilaian ini. Tim saya sudah bekerja maksimal tapi nilainya kecil," katanya sambil menghentikan pembicaraannya karena sadar pembicaraan tersebut di rekam oleh salah seorang wartawan.

"Kalau direkam, sudahlah. Saya ngak direkam," kata Taher sambil meninggalkan kerumunan wartawan.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online