Mendesak, Sinergi Pemkot-Dewan-Ahli untuk Tangsel Ideal

Mendesak, Sinergi Pemkot-Dewan-Ahli untuk Tangsel Ideal

detaktangsel.com SERPONG - Kemajuan Tangerang Selatan dalam perjalanannya sebagai Daerah Tingkat II yang masih muda, patut diapresiasi. Namun masih banyak hal yang harus diperbaiki dengan cara mensinergikan berbagai pihak mulai dari pemerintah kota, dewan dan para ahli berbagai bidang. Masyarakat, juga dituntut kian kritis melihat proses pembangunan agar berjalan sesuai jalur yang benar dan transparan.

Demikian antara lain, benang merah Diskusi Publik Hari Kebangkitan Nasional yang diselenggarakan LBH Tangsel dan lembaga swadaya masyarakat Tuntas, di Hotel Pranaya, BSD City, Tangsel (20/05/2015). Dalam acara yang juga memperkenalkan Tuntas dan lembaga advokasi dan bantuan hukum tersebut, hadir Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany membuka acara, Pakar Hukum Tata Negara, Dr Margarito Kamis sebagai keynote speaker (pembicara kunci) dan Ketua LBH Tangsel Gousta Feriza. Diskusi menghadirkan pembicara Sirojudin Abbas, Ph.D (Ahli Kebijakan Publik), Dudung E. Dirja (Sekda Tangsel) dan Syihab Hasyim, anggota DPRD Tangsel.

Anggota DPRD Syihab Hasyim meyambut hangat lahirnya LBH dan LSM baru yang peduli pada masalah-masalah di Tangsel. Dia berharap, masyarakat melalui LBH dan LSM berkontribusi secara kritis dalam pengembangan Tangsel, termasuk mengawal kerja Dewan, di samping menkritisi program dan proses pembangunan secara keseluruhan.

Sekda Tangsel, Dudung E. Dirja memaparkan kemajuan Tangsel sejak pembentukannya dalam angka-angka. Dudung juga menyampaikan bahwa masa depan Tangsel.

Tapi pernyataan menarik, keluar dari pembicara utama, peneliti SMRC, Sirojudin Abbas, Ph.D. Menurut lulusan Berkeley University, Amerika Serikat itu, pemerintah dan DPRD Tangsel harus lebih memperhatikan pembangunan Tangsel sebagai kota yang terkonsep. Banyak ahli di Tangsel yang bisa diajak kerjasama untuk memikirkan tata kota yang baik, ramah dan manusiawi.

''Ilustrasi saya sederhana saja. Anak saya yang hobi baca, cari perpustakaan sampai pusing kepala. Yang suka main sepedaan, kecewa karena trotoar diisi pot besar. Di berbagai sudut, tumbuh komplek-komplek perumahan yang makin giat membuat pagar-pagar tinggi, memisahkan diri dari penduduk lain,'' tutur Abbas.

Abbas menekankan, pembangunan perumahan di berbagai tempat yang membuat penduduknya eksklusif, merupakan ancaman serius di masa depan. ''Ingat, apartheid di Afrika Selatan, dimulai dengan pagar yang memisahkan kulit hitam dan kulit putih. Persoalan perumahan berpagar dan membuat penghuninya cenderung curiga pada penduduk kampung sebelahnya, itu bukan hanya dikomotis. Tapi berpotensi menimbulkan konflik, dan jelas, merendahkan harga diri serta kemanusiaan warga lainnya yang tidak beradi di komplek,'' tuturnya.

Keprihatinan ini, juga dikuatkan Ketua DPRD Tangsel Tb. Bayu Murdani Menurut Bayu, masalah ini memang akut dan harus segera diatasi dengan kerjasama berbagai pihak. ''Coba bayangkan, tanah di dalam komplek harganya Rp 25 juta, sementara di sebelah pagarnya, tanah kampung, hanya Rp 3 juta. Itu bagaimana?'' kata Bayu.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online