Print this page

Mahasiswa Sebut Pendidikan Jadi Lahan Bisnis Dan Mesin Pencetak Uang

Mahasiswa Sebut Pendidikan Jadi Lahan Bisnis Dan Mesin Pencetak Uang

detaktangsel.com SERPONG - Kantor Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) kembali diterpa isu tak sedap. Ini terjadi setelah puluhan pelajar dari Gerakan Mahasiswa Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong (Gema Kosgoro) kota setempat menggeruduk kantor Dinas Pendidikan Kota Tangsel yang berada di kawasan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Kamis (14/1/2016).

Sambil membawa keranda yang melambangkan matinya pendidikan di kota pemekaran ini, pendemo juga membawa spanduk bertuliskan 'Pendidikan Gratis Bohong, Dunia Pendidikan Lahan Bisnis' ini pun meneriakan yel-yel yang menuntut agar Kadindik Tangsel segera di copot dari jabatannya.

"Copot kepala dinas dari jabatannya karena tak mampu menjalankan amanah undang-undang dan lalai mengawasi bawahannya," teriak salah seorang orator di depan gerbang kantor Dindik Tangsel yang di jaga ketat puluhan Poisi dan Pol PP Tangsel.

Selain berorasi menuntut Kadindik Tangsel di copot dari jabatannya, para pendemo juga mulai membakar keranda yang telah disiapkan sebelumnya. Akan tetapi, aksi yang dilakukan pendemo inipun mendapat reaksi keras dari petugas yang sejak pagi hari berjaga-jaga dilokasi tersebut.

"Silahkan kalian teriak-teriak sampai sore, tapi tidak perlu melakukan pembakaran," ujar salah seorang petugas kepolisian sambil menyiram api yang terlihat mulai membakar keranda tersebut.

Setelah berorasi selama hampir satu jam didepan gerbang Dindik Tangsel dengan penjagaan ketat yang dilakukan aparat TNI/Polri serta Pol PP Tangsel, merekapun akhirnya membubarkan diri. Sementara tak satupun pejabat dilingkup Dinas Pendidikan Tangsel yang mau menemui pendemo.

Ketua Gema Kosgoro Tangsel, Isram Alva Edison mengatakan ada beberapa item yang menjadi tuntutan mahasiswa Kosgoro. Selain menuntut Kadindik Tangsel di copot, pihaknya juga mendesak agar oknum kepala sekolah yang diduga melakukan bisnis jual beli buku serta melakukan pungli segera di pecat.

"Karena kami melihat sekolah saat ini sudah menjadi lahan bisnis yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab," katanya.

Selain itu, pihaknya juga mendesak Kejaksaan Ngeri Tigaraksa agar mengusut tuntas kasus dugaan plagasi pengadaan buku senilai Rp,3,5 miliar yang telah merugikan keuangan negara sebesar Rp, 1,7 miliar.

"Kejari harus mengusut kasus dugaan plagasi pengadaan buku di lingkungan dindik Tangsel hingga tuntas," beber Isram.

Sementara itu, Kasie Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada Dindik Tangsel, Sapta Maulana mengaku bakal menindak lanjuti apa yang disampaikan para pendemo. Meski begitu, Sapta menyayangkan semua yang disampaikan mahasiswa tanpa didukung adanya bukti-bukti yang kongkrit.

"Kalau memang disitu ada pelanggaran, kita berharap ada bukti-bukti yang mendukung. Namun kita akan tindak lanjuti apa yang disampaikan mahasiswa, karena ini juga menjadi salahsatu bahan evaluasi bagi kita di dinas pendidikan ini," kata pria yang juga menjadi anggota Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kota Tangsel ini.