Print this page

Anggrek Dendrobium Tepat Jadi Ikon Pertanian Tangsel

Anggrek Dendrobium Anggrek Dendrobium

detaktangsel.com SERPONG - Tak dapat dipungkiri Kota Tangerang Selatan (Tangsel) merupakan daerah industri, perdagangan, dan jasa. Namun, bukan berarti sektor pertanian tidak menggiurkan. Sesuai iklim dan tofografinya, Tangsel masih memiliki produk pertanian unggulan serta berpotensi dari segi ekonomi, yaitu anggrek dan tanaman hias lainnya.

Perlu diketahui, Tangsel merupakan salah satu sentra anggrek di Indonesia. Usaha budidaya anggrek itu banyak dijumpai di Kecamatan Ciputat, Serpong, Pamulang, dan Setu. Untuk mengembangkan potensi kearifan lokal Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan (DPKP) kota Tangsel menjadikan anggrek menjadi ikon pertanian kota Tangsel.

Kepala Bidang Pertanian DPKP kota Tangsel, Muhammad Ramdan menuturkan, banyak ragam jenis anggrek yang dikembang budidayakan di kota Tangsel, seperti halnya jenis anggrek "Vanda Douglas" dan anggrek "Dendrobium".

Menurutnya, jenis anggrek Dendrobium sangat tepat bila dijadikan ikon Tangsel, pasalnya Dendronium menjadi favorit konsumen sehingga diproduksi dalam jumlah besar. Di pasar bunga, Dendrobium mendominasi hingga 58%.

"kalau dilihat dari potensi, anggrek Dendrobium lebih tepat tapi sayangnya ibu Wali selalu melirik untuk mengembangkan anggrek Vanda douglas." imbuhnya.

Dari dua jenis anggrek ini tentunya ada beberapa kelebihan dan kekurangan, dari jenis anggrek Vanda dauglas sejak bibit ditanam, bunga baru muncul tujuh bulan kemudian. Namun, bunga belum dapat dipasarkan lantaran kualitasnya belum dianggap baik, kecuali sudah berumur setahun. "Selain itu nilai jual Vanda Douglas relatif rendah sehingga tak sepadan dengan biaya operasional, satu tangkai harga jual Vanda douglas Rp 1000. Pemasukan kotor perbulan diperkirakan Rp. 60 juta dengan luas lahan pertanian 2 hektar," ungkap Ramdan.

Lanjutnya, berbeda halnya dengan anggrek Dendrobium. Rata-rata petani Tangsel membeli bibit Dendrobium dengan harga kisaran Rp. 5.000 sampai dengan Rp. 6.000 per 10.000 pot per bulan, sehingga pengeluaran perbulan adalah sekitar Rp. 60 juta. Sedangkan dari penjualan sebanyak 10.000 pot perbulan dengan harga Rp. 20.000 per pot. Sehingga pemasukan kotor diperkirakan Rp. 200 juta perbulan dengan luas lahan pertanian 1 hektar.

 

Selaras dengan Sukedi, petani anggrek Dendrobium, jenis Dendrobium meski membutuhkan modal besar namun panen yang dapat diperoleh sekitar 3 bulanan selama bibit ditanam. Omzet yang didapat ditaksir hampir mencapai Rp. 250 jutaan.

Perbedaan omzet ini jelas memiliki potensi disalah satu jenis anggrek. Sayangnya, bibit bunga belum dapat dihasilkan dengan sendiri. Sementara bibit yang diperoleh masih impor dari negara lain.

Persoalan inilah yang menurut Ramdan pemerintah kota Tangsel dapat mengakomodir penyedian bibit sehingga para petani juga dapat memperoleh bibit dengan mudah dan murah.

"Bibit Dendrobium hanya ada di negara Thailand (Bangkok), harga jual diperkisaran Rp. 1200 per bibit ketangan importir lalu dijual kembali sekitar Rp. 5600. Jika Pemkot dapat mengambil peran tersebut akan dapat membantu petani dengan menekan harga bibit menjadi Rp. 3000." Papar Ramdan.

Lanjut Ramdan, guna mengembangkan dan mempertahankan anggrek, para petani Tangsel pun masih berharap adanya campur tangan pemkot untuk membantu pertanian terkait pupuk yang harganya selangit.