Pembangunan Jalan Tol Jombang - Kunciran Jangan Membuat Susah Warga

Pembangunan Jalan Tol Jombang - Kunciran Jangan Membuat Susah Warga

PONDOK AREN- Masalah pembebasan lahan Tol Jombang - Kunciran bagi warga kelurahan Parigi Baru seperti buah Simalakama. Dimakan bencana tidak dimakan juga menjadi bencana.

Padahal, informasi seputar pembebasan lahan untuk Tol Jombang - Kunciran sudah berlangsung sejak tahun 1999 lalu. Ironisnya, meski sudah beberapa kali dilakukan mediasi, hasil akhir yang didapat selalu berujung buntu.

Berbagai keluhanpun tak jarang dikemukan oleh sebagian warga terkait rencana pembangunan jalan tol tersebut. Mulai dari masalah harga yang dinilai tak masuk akal, hingga masalah ketakutan warga jika menjual tanah miliknya namun untuk membeli kembali tanah dan rumah, warga khawatir tidak mampu.

Sebab menurut warga, harga tanah diwilayah Pondok Aren dari waktu kewaktu terus mengalami kenaikan. Hal inilah yang selalu menjadi kekawatiran warga apalagi harga yang diajukan pemerintah untuk pembebasan lahan warga berpariasi sesuai zona masing - masing.

Rasa takut menjual lahan serta kawatir tak mampu membeli dan membangun rumah juga dialami oleh Ruslan (bukan nama sebenarnya), warga RW 05 ini mengaku hanya memiliki tanah tak sampai 100 M. Dirinya tak habis pikir dengan harga yang ditawarkan pemerintah kepadanya. Apalagi tanah milik Ruslan berada pada zona III yang dihargai Rp,700 Ribu.

"Kalau dihargai segitu, saya sekeluarga mau tinggal dimana. Tanah sayakan ngak sampai 100 meter," ucap Ruslan usai mengikuti rapat pembahasan masalah harga dikantor kelurahan Parigi Baru, Rabu kemarin (4/12).

Berbeda dengan Sutikno, warga RT 02/05 yang dipercaya warga untuk menyampaikan aspirasi warga mengatakan, pihaknya sebelumnya telah sepakat untuk memasang harga sebesar Rp, 7 juta permeter.

Bahkan, Sutikno sebelumnya merasa kecewa karena undangan rapat diterima satu hari sebelum perundingan masalah harga yang berlangsung di Aula kantor kelurahan Parigi Baru. Padahal undangan tersebut tertulis tanggal 22 Nopember 2013. Tak urung, warga menuding pihak - pihak terkait sengaja menyampaikan undangan secara mendadak kepada warga agar warga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan pembahasan sebelumnya.

"Kita sudah sepakat memasang harga Rp, 7 juta permeter, dan itu sudah tidak bisa ditawar - tawar lagi sebab pada malam sebelum rapat dikelurahan, kami sudah berembuk dengan warga untuk mempertahankan harga segitu," ungkap Sutikno.

Untuk itu, kata Sutikno, dirinya bersama warga lain menuntut agar dalam pembebasan lahan tidak ada lagi masalah perbedaan zona. Sebab menurutnya, jalan tol merupakan sebuah bisnis jangka panjang yang menguntungkan.

"Jika perlu adanya pembangunan jalan tol tidak merugikan warga. Apalagi ada warga yang memiliki tanah tak sampai 100 Meter, bagaimana jika dia tidak bisa beli tanah dan rumah lagi, mau tinggal dikolong jembatan dia," imbuhnya.

Terkait masalah itu, Kasubag pertanahan kota Tangsel, Ahmad Suhaemi mengatakan, digelarnya pertemuan warga kali ini salah satunya untuk membahas masalah harga baru yang akan ditawarkan kepada warga. Sementara untuk masalah zona, kewenangannya ada tim apresial.

"Kalau saya cuma mempaslitasi warga, adapun untuk masalah zona, itu kewenangannya ada pada tim apresial. Padahal agenda untuk hari ini juga rencananya akan membahas masalah harga baru kepada warga," ujarnya.(red)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online