Perang Banten vs Cirebon (Peristiwa Pagarage) Part.2

Perang Banten vs Cirebon (Peristiwa Pagarage) Part.2

Detaktangsel.com, OPINI -- Dikarenakan adanya tekanan yg terus menerus dari Mataram inilah yg akhirnya membuat Pangeran Martasari didampingi Ngabehi Panjangjiwa langsung memimpin 60 armada kapal perang menuju Banten. Tujuannya tak lain adalah memaksa Banten untuk tunduk kepada Mataram melalui jalur peperangan. Karena menurut Cirebon posisi dan kedudukan Banten sejak Sultan Cirebon ke-2 Syarif Hidayatullah menaklukkan Banten, posisi Banten hanyalah sebuah wilayah Kadipaten di bawah kekuasaan Kesultanan Cirebon.

Sementara bagi Banten sendiri beralasan kedaulatan Banten setelah runtuhnya Demak telah mendapat legitimasi dan dukungan dari Mekah yg merupakan bagian dari kekuasaan Ustmania yg berkedudukan di Otoman. Banten telah menjadi sebuah kerajaan tersendiri lepas dari bayang2 Mataram. Untuk itulah gelar Sultan pertama kali di pulau Jawa disematkan kepada Sultan Banten Abdul Mafakhir Mahmud Abdulkadir (1596-1647).

Sebenarnya Panembahan Giri Laya selaku penguasa Cirebon merasa berat untuk melakukan perang ini. Beliau menyadari penuh bahwa di antara Banten dan Cirebon masih ada ikatan keluarga yg kuat dari sang kakek Syarif Hidayatullah. Tapi demi bukti kepatuhan menantu kepada mertuanya Amangkurat 1 di Mataram, maka tindakan ini dengan berat hati terpaksa harus dilakukannya.

Sementara di pihak Banten sendiri ketika mendengar pasukan Cirebon sedang di perairan menuju Banten, segera mungkin melakukan persiapan menghadapi serangan dari Cirebon tersebut. Dan untuk meladeni pasukan Cirebon, Sultan menyiapkan 50 armada di bawah pimpinan Lurah Astrasusila, Demang Narapaksa, dan Demang Wirapaksa. Bahkan untuk menyemangati pasukannya, Sultan Banten menjanjikan hadiah dua ribu rial dan sehelai kampuh (kain kebesaran) apabila pasukannya mampu memenangkan peperangan laut tersebut dengan Cirebon.

Sebelum pasukan Cirebon dibawa pimpinan Pangeran Martajaya dan Ngabei Panjangjiwa tiba di pelabuhan Tanara, terlebih dahulu Lurah Astrasusila menunggu sambil bersembunyi di Tanjung Gede. Sedangkan Demang Narapaksa dan Wirapaksa bersembunyi di Muara Pasiliyan.

Di hari yang tenang sekitar pukul sembilan pagi, sebagian pasukan Cirebon di bawah pimpinan Ngabei Panjangjiwa memasuki pelabuhan Tanara. Kehadiran mereka langsung disergap oleh pasukan Wirapaksa. Ngabehi Panjangjiwa yg saat itu telah mengetahui akan disergap oleh pasukan Banten, tanpa melakukan perlawanan apa-apa langsung menyerahkan dirinya kepada Demang Wirapaksa untuk selanjutnya dikirim kepada Sultan di Surosowan. Dan demi pertimbangan hubungan kekeluargaan akhirnya Sultan memaafkan tindakan yang dilakukan oleh Ngabei Panjangjiwa.

Sementara di sisi lain perang masih berkecamuk di laut antara pasukan Banten dan Cirebon. Banyak armada kapal Cirebon yg berhasil ditenggelamkan oleh pasukan Banten. Sebagiannya lagi dijadikan sebagai harta rampasan perang oleh Banten. Sementara satu buah armada yg dipimpin oleh Pangeran Martajaya berhasil melarikan diri kembali ke Cirebon. Dan beberapa pasukan Cirebon yg bertahan disisa-sisa puing kapal kemudian di selamatkan oleh Lurah Astrasusila dan dua Demang lainnya untuk selanjutnya dibawah ke Padang Sumur Angsana sambil menunggu perintah dari Sultan di Surosowan.

Sejarawan Belanda, De Graf menuturkan berbeda. Dalam peristiwa tersebut De Graf menulis: "Setiba mereka di sana mereka dibunuh, sekalipun mereka meminta ampunan. Kepala mereka lalu di kirim ke Surosowan".
Hal tersebut kemudian dijelaskan oleh Titik Pudjiastuti dalam: Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-Surat Sultan Banten.
Titik menulis: Mendengar kejadian tersebut Sultan Banten sangat marah atas perlakuan prajurit-prajuritnya yg bertindak kejam kepada musuh-musuhnya.

Peristiwa penyerbuan pasukan Cirebon ke Banten ini ditulus Titik sebagai, 'Pacirebon'  atau 'Pagarage'. Perang yg menelan luka dalam di kedua kesultanan bersaudara ini dutulis Titik terjadi di hari ke-30 bulan Suci Ramadhan.
Sementara De Graf menulisnya: " Bulan Ramadan tanggal 30 itu jatuh pada tanggal 22 Desember 1650. Hari lebaran jatuh pada hari berikutnya"....*

T A M A T

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
02 Juli 2022

Oleh: Agam Pamungkas Lubah

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online