Print this page

Menelusuri Sejarah Typologi Batu Nisan Yang Ada di Tangerang Selatan dan Banten Part.2

Menelusuri Sejarah Typologi Batu Nisan Yang Ada di Tangerang Selatan dan Banten Part.2

Detaktangsel.com, OPINI -- Jika kita mencermati beberapa batu nisan yang banyak bersebaran di wilayah Banten dan sekitarnya, mulai dari makam para Sultan2 Banten dan kerabatnya yang ada di area masjid Banten sampai ke perbatasan Bogor (Tenjo, Jasinga, Lewiliyang, Parung Panjang), dan Tangerang Selatan, maka kita akan menjumpai beberapa tipe batu nisan bergaya abad 17 dan 18. Hal ini tentunya berkaitan erat dng pengaruh Banten yang saat itu sebagai pusat perniagaan dan jalur pelabuhan terbesar di Nusantara setelah Goa Talo di Makasar berhasil di kalahkan VOC. Banyak para pelancong berdatangan ke Banten dan menetap di wilayah ini sampai akhir hayatnya.

Namun yang menarik dari sekian banyak batu nisan tersebut, saya menemukan hanya dua typologi nisan yang mendominasi wilayah Banten, yakni; typologi Aceh dan typologi Bugis-Makasar. M.Toha dalam Desertasi Program Studi Arkeolog UI, 1995 menyebutkan; batu2 nisan yang ada di area pemakaman raja-raja Banten di kompleks Masjid Banten merupakan typologi Aceh. Dengan bentuk gabungan sayap-bucrane yang merupakan produk asli Kerajaan Samudra Pasai di abad ke 13 dan merupakan tahap awal bentuk batu nisan Aceh. Adapun bentuknya dihiasi dengan pola hias bucrane yang menyerupai tanduk kerbau baik yang tampak nyata ataupun yg telah diberi gaya. Biasanya pada sisi luar bucrane dijumpai hiasan sayap. Bentuk nisan seperti ini kemudian berkembang dng bentuk berikutnya di masa Kerajaan Aceh Darusalam yang diproduksi abad ke 16- 19 M yakni bentuk persegi panjang dengan hiasan sayap-bucrane dan dihiasi dng inskripsi kaligrafi Islam. Typologi semacam ini dapat kita jumpai pada batu nisan makam Maulana Hasanudin, Sultan Ageng Tirtayasa dan para kerabat kesultanan Banten di komplek masjid Banten dan berbagai wilayah di Banten. Ini melambangkan strata sosial penghuni makamnya adalah dari kalangan keluarga Kesultanan.

Namun di beberapa tempat lainnya di wilayah Banten dan perbatasannya seperti; situs Gunung Muncang, Situs Makam Raja2 Islam Garisul di Jasinga, Makam Ratu Janglapa di Tenjo, Kalong Sawah, Parung Panjang, Pamulang, Serpong dan Lengkong, kita banyak menjumpai batu2 nisan dengan typologi Bugis-Makasar mendominasi typologi Demak-Troloyo.

Adapun typologi batu Nisan Bugis-Makasar mengikuti peradaban leluhurnya dari jaman megalitikum yg diadaptasi dari menhir2 purba serta didasarkan pada makam Raja-Raja Goa dan Bone di Tamale, Soppeng dan Watang Lamuru. Nisan type Bugis-Makasar juga memperlihatkan corak lokal yang kaya akan hiasan antropomorfis dan unsur megalit murni. Bentuk dan tipenya menyerupai gadah (silindrik) dengan beragam sudut dengan hulu berundak menyerupai tangga dan bermuara di puncak nisan seperti menara kuba masjid atau alat kesenian tradisional masyarakat Bugis yakni, Jalappa.(Ambari;1998).

Ini tentu mematahkan anggapan sebagian orang yg mengatakan bahwa tipe batu Nisan yg banyak bersebaran di wilayah Banten merupakan typologi Demak-Troloyo. Adapun typologi batu Nisan Demak-Troloyo didasari pada bentuk nisan Raden Patah di Demak dan beberapa makam kuno di Troloyo. Nisan Demak umumnya berbentuk persegi panjang dengan puncak berbentuk kurawal, dan hiasan tumpal.

Sedangkan nisan Troloyo memiliki pola hias medalion (menyerupai kipas) bersudut banyak (pola hias sinar Majapahit) dan kombinasi motif Kala Makara. Nisan klasik type Demak-Troloyo ini mencakupi unsur kuno yg terinspirasi dari kelanjutan symbol penghormatan yang terdapat di kuil2 Hindu. (Ambari, 1998:64-65).

Dengan melihat ragam dan typologi batu2 nisan di atas kita dapat memahami dengan sendirinya bahwa typologi batu nisan yang banyak bersebaran di wilayah Banten dan Tangerang Selatan adalah merupakan typologi Aceh dan Bugis-Makasar. Tinggal bagaimana kita mencari tau apa dan bagaimana kemudian batu2 nisan tersebut menjadi penanda bagi mereka yang telah mengakhiri hidupnya di wilayah tersebut.
Sebuah perenungan dan tugas panjang bagi kita yang memiliki kecintaan akan sejarah masa lalu nenek moyang kita, ketimbang berdebat dengan hal-hal yang kontra produktif. Apalagi mendebatnya dengan argumen2 tanpa nas...*

T A M A T

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
06 Agustus 2022