Print this page

Menelusuri Sejarah Typologi Batu Nisan Yang Ada di Tangerang Selatan dan Banten Part.1

Menelusuri Sejarah Typologi Batu Nisan Yang Ada di Tangerang Selatan dan Banten Part.1

Detaktangsel.com, OPINI -- Ziarah makam adalah merupakan salah satu tradisi budaya masyarakat kita sejak jaman dahulu. Terutama makam para waliyullah2 yg dianggap sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Namun sayangnya disekian banyak peziarah hanya mengfokuskan dirinya pada penghuni makam dan bentuk bangunan makam serta cerita2 yg mengandung unsur supranatural di dalamnya. Apalagi makam yg belum  diketahui dng pasti siapa penghuninnya. Sudah pasti melahirkan spekulasi2 dari juru kunci makamnya. Sehingga dengan mudah mengatakan bahwa usia makam tersebut sudah berusia ratusan tahun. Penghuninya berasal dari Yaman, Hadramaut, Aceh, Demak, Mataram, Cirebon, Bugis Makasar, dll.
Waaoou... Amazing!

Tapi perna kah kita mencermati corak batu nisan dari makam2 yg perna kita ziarahi tersebut dng teliti? Atau kita terlalu hanyut dng kekhusukan yg dalam sehingga tak sempat mencermati hal2 yg begono...
Padahal untuk mengetahui siapa penghuni makamnya, dari mana asalnya, tahun berapa meninggalnya, serta ngapain beliau di sana, butuh referensi yg lengkap dari ahli waris keluarga, catatan2 kepustakaan, tutur masyarakat yg terpercaya, juru kunci makam, serta bukti2 pendukung ilmu kepurbakalaan.

Nah, salah satu pendukung ilmu kepurbakalaan adalah; batu nisan. Sebab tanpa batu nisan, alih2 kita ingin mendapatkan keberkahan dari doa yg kita khususon ke penghuni makam..justru yg ada malah mudhorat yg kita peroleh. Iya kalau penghuni makamnya benar2 orang, kalau ternyata bangkai binatang... gimana coba! Katakanlah orang..tapi kalau ternyata orang tersebut bukan seorang muslim, hanya karena menyandang nama yg memiliki kesamaan nama dng gelar2 bangsawan musllim di tanah Jawa? Apa gak kiamet tuh doa kita.

Nah agar kita tidak terjebak dalam hal2 yg saya sebutkan di atas, untuk itu sy mengajak sahabat2 semua agar terlebih dahulu mengenali ragam corak dan typologi batu2 nisan yg ada di Banten dan Tangerang Selatan. Biar kita tidak salah menafsirkan siapa penghuni makam, dari mana asalnya, dan apa kepentingannya di wilayah tersebut.

Tarik napas dalam2
Dan Wuuusss...

Pada dasarnya ilmu purbakala atau arkeologi memiliki berbagai bidang kajian. Sering kali bidang kajian itu dihubungkan dengan periode, yakni Prasejarah, Klasik (Hindu-Buddha), Islam, dan Kolonial.

Sebagai salah satu budaya materi, batu nisan juga memiliki beragam informasi yang terdapat pada batu nisan itu sendiri, mulai dari bentuk, bahan, dan ragam hias.
Kajian saya ini merupakan tinjauan awal untuk mengetahui tipologi dan beragam informasi yang dapat diungkap dari inskripsi yang termuat pada batu nisan dng cara menganalisis terhadap keragaman jenis artefak dan data inskripsi, seperti typologi heraldik, iluminasi, dan inskripsi agar kita memperoleh bahan untuk kajian para arkeolog lebih lanjut.

 

Salah satu tinggalan arkeologi yang sering dibahas adalah makam yg di atasnya terdapat batu nisan. Nah, besar kecilnya atau mewah tidaknya nisan kuno, tergantung status sosial yang bersangkutan. Kalau raja/sultan, penguasa, atau pejabat secara logika tentu nisannya megah dan mewah penuh ukiran atau ornamen. Bahan nisannya batu mahal yang diimpor dari luar daerah atau mancanegara.
Kalau rakyat jelata, tentu nisannya sederhana.

Sementara di mata para arkeolog, semua nisan dipandang sebagai data masa lampau. Nisan kuno tergolong awet karena berbahan batu. Yang penting dari nisan itu, ada tulisan atau inskripsi di dalamnya. Tentu saja menggunakan aksara dan bahasa Arab.

Dalam nisan itu sering kali tertulis siapa yang meninggal dan kapan penghuninya meninggal.
Sesuai budaya, tentu saja memakai tahun Hijriah yang kemudian dikonversi ke tahun Masehi.

Biasanya yang bisa membaca aksara Arab itu adalah mereka yang mendalami Epigrafi Islam. Seperti komunitas2 pemerhati sejarah yg mengfokuskan pada situs2 batu nisan kuno, para sejarawan yg ahli di bidangnya, dan Arkeolog Islam.
Sementara Epigrafi Islam sendiri diajarkan pada disiplin Arkeologi dan beberapa Universitas Negeri Islam di tanah air. Mereka yang mendalami filologi juga bisa membaca inskripsi tersebut.

Kenapa mesti nisan? Karena nisan menjadi salah satu bagian atribut penting dari pemakaman Islam. Karena fungsi nisan sebagai penanda bahwa di tempat tersebut dimakamkan seseorang. (Latifundia, 2016:13).
Nisan dlm kajian arkeolog merupakan salah satu pendekatan yg dapat dilakukan untuk merekontruksi sejarah kebudayaan manusia di masa lampau dan dapat dijadikan penelitian untuk mengetahui keberadaan Islam di suatu daerah. (Chandra, 2021:163).

Umumnya nisan2 kuno yg ada di Indonesia antara satu daerah dng daerah lainnya memiliki bentuk yg berbeda2, kemudian menjadi ciri khas masing2 daerah. (Inagurasi, 2017:38).

Namun secara umum batu2 nisan jaman dahulu mulai dari pra Islam sampai masuknya Islam di Nusantara berdasarkan typologi dan pesebarannya. Dan typologi batu nisan tersebut hanya berasal dari tiga wilayah di Nusantara yg merupakan pengrajin batu nisan terbaik. Masing2 adalah typologi Aceh, typologi Demak-Troloyo dan typologi Bugis-Makasar.
(Hasan M. Ambari,1984:104./Muhammad Thoha Idris:Program Studi Arkeologi UI: 1995).

Nah bagaimana dng batu2 nisan yg ada di Banten dan Tangerang Selatan? Dari typologi manakah asalnya?
Nantikan sambungannya pada Part.2...***

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
05 Agustus 2022

Oleh: Agam Pamungkas Lubah