Maulana Yusuf Sang Penakluk Pajajaran

Maulana Yusuf Sang Penakluk Pajajaran

Detaktangsel.com, OPINI -- Pajajaran adalah merupakan Kerajaan terbesar di ujung pulau Jawa setelah Majapahit di timur pulau Jawa. Siapa yang tak kenal dengan Maha Rajanya yang berjuluk Prabu Siliwangi. Bahkan sang Prabu yang setia pada agama kepercayaannya yakni Hindu hingga akhir hayatnya ini masih mendapat tempat tersendiri di para kalangan pencari wangsit lintas agama, khususnya mereka yang gemar akan ilmu2 kanuragan dan kedigdayaan lainnya.

Kerajaan ini berakhir pengaruhnya setelah masuknya Islam di Banten yg di bawah oleh orang2 dari Demak dan Cirebon melalui ekspansi wilayah oleh Fatahillah (Syarif Hidayatullah) atas perintah Sultan Demak (Sultan Trenggono) tahun 1527.

Tapi siapakah dia orang yang berani membumi lenyapkan pengaruh Pajajaran yang begitu tangguh tersebut. Bahkan konon Majapahit yang sebegitu besar pengaruhnya hingga ke sebagian wilayah Asia Tenggara membutuhkan intrik politik lewat Perang Bubat agar dapat menaklukan Pajajaran tapi sia-sia?

Adalah Pangeran Pasarean atau yang lebih dikenal dng Maulana Yusuf. Putra dari Maulana Hasanudin (Sultan Banten Pertama) dengan Ratu Ayu Kirana. Masa pemerintahannya terbilang singkat. Hanya sepuluh tahun. Tapi bukan dua periode ya Bro..

Terhitung sejak 1570-1580 Maulana Yusuf berhasil menorehkan sejarah emas dalam penaklukan wilayah kekuasaan Pajajaran di tahun 1579.
Sebagian ahli sejarah mengatakan jika penaklukan ini erat kaitannya dengan keyakinan Maulana Yusuf jika dirinya adalah masih memiliki trah Pajajaran yang didirikan oleh kakek buyutnya Prabu Siliwangi.

Penaklukan ini  juga menandakan berakhirnya pemerintahan Kerajaan Sunda di wilayah Jawa Barat. Dengan demikian membuat Islam semakin tersebar luas di wilayah Jawa Barat.

Dalam penaklukkan ini, banyak penguasa dan alim-ulama yang ikut bersama Sultan Maulana Yusuf. Oleh karena itu, ponggawa-ponggawa yang ditaklukkan lalu diislamkan tetapi dibiarkan untuk memegang jabatannya semula.

Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana (Singgasana Raja), dari Pakuan ke Surasowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.

Batu berukuran 200 x 160 x 20 cm itu diboyong untuk menghilangkan tradisi politik agar di Pakuan tidak mungkin lagi dinobatkan seorang raja baru. (BPS Provinsi Banten (2019). Pariwisata Banten dalam Angka Tahun 2019 (PDF). Dinas Pariwisata Provinsi Banten. hlm. 48.)

Sejarawan Nina Lubis mencatat ekspansi kekuasaan oleh Maulana Yusuf bahkan masuk ke pedalaman Sunda. Ia dibantu oleh Cirebon hingga kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran benar-benar runtuh dan dikuasai oleh Banten.

"Maulana Yusuf selanjutnya menetapkan batas wilayah kekuasaan antara Banten dan Cirebon, yaitu Sungai Citarum dari muara sampai ke daerah pedalamannya (Cianjur sekarang)," sebagaimana yang tertulis dalam buku 'Sejarah Banten: Membangun Tradisi dan Peradaban' yang ditulis Nina Lubis dkk. Di masa pemerintahannya yang singkat Maulana Yusuf tidak saja dikenal sebagai penakluk Pajajaran, tapi beliau juga dikenal sebagai pemimpin perubahan.

Mengutip dari Halwany Michrob dan A Mudjahid Chudori dalam 'Catatan Masa Lalu Banten', digambarkan bahwa semasa kepemimpinan Maulana Yusuf, Banten dianggap sebagai kota perdagangan pelabuhan. Di sini barang dagangan dari penjuru dunia digudangkan dan didistribusikan kembali ke berbagai belahan nusantara dan luar negeri. Beliau juga melakukan perkembangan dibidang pertanian. Sawah-sawah diperluas hingga ke Serang dengan membuat irigasi, bendungan dan danau buatan yang disebut Tasikardi dengan memanfaatkan aliran sungai Cibanten.

Namun sayang Sang Penakluk Pajajaranyang dikenal sebagai Sultan yang Banten termasyur hingga ke seantero wilayah Nusantara ini meninggal pada tahun 1580 akibat sakit yang dideritanya dan dimakamkan di Kampung Kasunyatan. Sultan yang pemberani ini dikemudian hari dikenal dengan sebutan Pangeran Penembangan Pekalangan Gede atau Pangeran Pasarean...

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Padepokan Roemah Boemi Pamulang
05 September 2022

Oleh: Agam Pamungkas Lubah

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online