Selama beberapa tahun terakhir, mereka fokus pada aspek keuangan, kekayaan intelektual, data pribadi, dan infrastruktur TI saat menyerang bisnis. Namun, sering kali dilupakan bahwa humas dan pemasaran (marketing) juga menjadi target, termasuk email, platform periklanan, saluran media sosial, dan situs promosi.

Salah satu fenomena yang muncul dari serangan ini dikenal sebagai malvertising, di mana penjahat dunia maya memanfaatkan iklan berbahaya untuk menyebarkan serangan mereka. Modus operandi melibatkan pembayaran iklan banner dan penempatan pencarian yang sah, serta pemanfaatan alat promosi perusahaan.

Penjahat siber biasanya menciptakan halaman palsu dari aplikasi populer, kampanye promo palsu dari merek terkenal, dan skema penipuan lainnya yang ditujukan untuk khalayak luas.

Metode yang umum digunakan adalah mencuri kredensial login dan meretas akun iklan perusahaan. Dengan cara ini, penjahat dunia maya dapat mempromosikan situs mereka melalui akun yang sudah ada, memberikan mereka keuntungan ganda tanpa meninggalkan jejak berlebih.

Namun, perusahaan yang menjadi korban menghadapi masalah berulang, termasuk kerusakan akun iklan dan potensi blokade oleh platform periklanan karena mendistribusikan konten berbahaya.

Adalah penting untuk diingat bahwa variasi dari skema ini juga mencakup pengambilalihan akun iklan berbayar di jejaring sosial.

Khususnya, platform media sosial menciptakan tantangan tambahan bagi perusahaan, karena serangan ini dapat memiliki dampak yang lebih luas dan sulit diatasi.

Dalam menghadapi ancaman malvertising, perusahaan perlu meningkatkan keamanan akun iklan mereka, melibatkan tim keamanan siber untuk memantau aktivitas yang mencurigakan, dan meningkatkan kesadaran karyawan tentang risiko keamanan yang terkait dengan iklan berbayar.

Hanya dengan pendekatan holistik ini, perusahaan dapat melindungi aset mereka dan menjaga keberlanjutan operasional di tengah ancaman dunia maya yang terus berkembang.