Print this page

Wajah-Wajah Caleg 2014

Wajah-Wajah Caleg 2014

detaktangsel.com- EDITORIAL, Imbauan moral dan politik sangat penting dan perlu disampaikan kepada calon anggota legislatif (caleg) yang siap bertarung pada pemilihan umum (pemilu), April mendatang. Pilihan materi kampanye, tutur kata, dan perilaku akan menjadi pertimbangan matang sebagai daya tarik perhatian calon pemilih untuk memilihnya.


Ada perbedaan menyolok cara memilih antara Pemilu 2014 dan 2009. Para pemilih hanya mencoblos nomor pada Pemilu 2014, bukan tanda gambar caleg pada lembaran surat suara. Ini sungguh akan menyulitkan bagi sebagian besar calon pemilih untuk mencari caleg yang didukungnya.


Karena tingkat kesulitan sedemikian rupa, KPU melakukan sosialisasi secara intensif. Tujuannya penyelenggaraan pesta demokrasi tahun ini lebih sukses dibandingkan sebelumnya.


Begitu pula para caleg. Tidak mau kalah, mereka kerap menyosialisasikan diri ke masyarakat. Tidak hanya mendatangi calon pemilih secara door to door atau dari pintu ke pintu. Juga jor-joran memasang alat peraga kampanye berbentuk spanduk, benner dan sebagainya di berbagai tempat yang dinilai strategis.


Upaya caleg ini semata-mata memancing perhatian publik agar menggelitik masyarakat untuk memberi penilaian.


Kita ketahui sejumlah nama caleg belum membumi di tengah-tengah masyarakat. Sadar akan tantangan makin berat, para caleg memasang alat peraga kampanye sembarangan tempat.


Ada di pohon, pagar, dinding rumah orang, dan di mana-mana. Ada juga di tiang listrik depan masjid maupun sekolah.


Perilaku caleg terkesan masa bodoh meski pemasangan alat peraga kampanye itu melanggar peraturan. Meski sebagian besar yang memasang adalah pendukungnya, paling tidak, sang caleg menegurnya. Bahwa pemasangan alat peraga kampanye salah dan melanggar peraturan.


Justru caleg yang bersangkutan pura-pura buta. Membiarkan keberadaan alat peraga kampanye tersebut.


Apakah patut para caleg perusak lingkungan ini dipilih? Kiranya, kita bisa mengukur bahwa para caleg ini praktis tidak memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Jangan-jangan kalau terpilih mereka tidak peduli terhadap penderitaan rakyat kecil.


Juga terkesan mereka ikut menyaleg lantaran alasan cari lapangan kerja susah. Tak ayal, jabatan dewan pun diliriknya menyusul gaji wakil rakyat sangat menggiurkan.


Pemilu 2014 diperkirakan sulit menghasilkan anggota legislatif berkualitas. Makanya, pragmatisme partai politik dalam menyusun dan mengajukan daftar caleg ke Komisi Pemilihan Umum dikhawatirkan menghasilkan wajah lembaga legislatif yang tidak bersungguh-sungguh memperjuangkan nasib dan kepentingan rakyat.


Rata-rata penampilan, perilaku, dan pitutur caleg kurang menyakinkan bisa memberikan garansi politik. Itu menunjukkan partai politik masih mengutamakan perolehan suara daripada menempatkan kader-kader yang berkualitas di DPR.


Asumsi sementara kredibilitas caleg mencemaskan. Tidak tertutup kemungkinan anggota DPR produk Pemilu 2014 diperkirakan tidak memiliki kompetensi dalam bidang politik. Maka, partai politik memiliki andil besar atas kemerosotan kualitas parlemen ke depan.


Masyarakat juga tidak dapat diharapkan dapat memilih caleg-caleg berkualitas. Banyaknya pilihan partai politik dan caleg akan membuat masyarakat cenderung bersikap golput.


Tidak berlebihan jika masyarakat mengeluhkan atau menghawatirkan kualitas calon wakil rakyat tersebug. Karena berdasarkan kondisi obyektif menunjukkan anggota dewan produk Pemilu 2014 belum menunjukkan keperpihakan terhadap kepentingan rakyat. Sebaliknya para wakil rakyat memamerkan perilaku politik yang sangat menyakiti hati nurani rakyat.


Relakah rakyat menerima caleg yang tidak berkualitas, baik dari segi moralitas maupun politik? Rakyat tentu akan menjawab, tidak! Jelas wakil rakyat yang tidak bermoral dan tidak menunjukkan sikap politik berpihak kepada kepentingan rakyat akan membuahkan keputusan-keputusan 'sesat'.


Rakyat harus berani melakukan perubahan untuk mengubah wajah dewan, baik di tingkat pusat, kabupaten, dan kota. Caranya, antara lain memilih caleg yang berkualitas, mempunyai moralitas tinggi, mempunyai kredibilitas tinggi, serta akuntabilitas.


Rakyat agar tidak tergiur janji-janji manis para caleg. Upaya ini hanya stregi untuk mendekati rakyat dengan berbagai model pendekatan.


Sudah bukan zamannya lagi kita 'mendewa-dewakan' caleg. Tidak perlu lagi pemilih tergiur rayuan gombal caleg pada saat kampanye nanti. Sebaliknya rakyat butuh program konkret anggota dewan melalui produk undang-undang yang dilahirkan.


Di sisi lain, rakyat wajib mengingatkan partai politik agar tidak melakukan eksperimen politik melalui caleg. Justru partai politik harus menjunjung tinggi komitmen moral. Dengan demikian, rakyat mendapat garansi politik untuk memilih caleg.


Memang sangat lucu jika mengamat proses rekrutmen caleg dari masing-masing partai politik, terutama partai politik baru. Seolah kriteria berkualitas, kredibilitas, moralitas, dan akuntabilitas diabaikan.


Nah sudah saatnya pemilih (baca: rakyat) menunjukkan sikap tegas dan posisi tawar yang jelas. Sehingga anggota dewan hasil produk Pemilu Legislatif 2014 benar-benar pantas menyandang predikat wakil rakyat.


Seruan agar pemilih sangat ekstrajeli dan cerdas menentukan pilihan adalah satu tuntutan yang harus dijawab. Karena di antara caleg terdapat kader kutu loncat. Mereka pindah partai semata-mata ingin mendapat nomor jadi. Atau karena 'dipecat', lantas pindah kendaraan politik.


Pemilih sangat dilematis untuk menentukan pilihan jika tidak memiliki data base politikus busuk yang lolos jadi caleg. Apalagi sistem pemilihan di Indonesia sangat rentan praktik politik uang. Bahkan, terkesan kursi dewan bisa diukur dengan bilangan angka.


Celaka tiga belas jika kondisi seperti ini terus terjadi pada Pemilu Legislatif mendatang. Bisa dipastikan pemilih akan dijadikan alat belaka oleh politikus-politikus busuk. Alhasil anggota dewan yang terpilih tidak mencerminkan aspirasi rakyat. Akibatnya produk undang-undang pun tidak bernapaskan hati nurani rakyat.


Pemilu Legislatif harus dijadikan tonggak kebangkitan kesadaran rakyat untuk memilih caleg yang merefleksikan kepentingan rakyat. Dengan kesadaran yang tinggi, rakyat akan memilih wakil rakyat, baik di tingkat DPR maupun DPRD secara mandiri dan bebas dari praktik politik uang.


Pada akhirnya wajah parlemen kita akan dihiasi wajah-wajah politikus yang memberi garansi politik bahwa keberadaan anggota dewan semata-mata untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. {red)