Print this page

Mengapa Kita Perlu Menggunakan BBG ?

Mengapa Kita Perlu Menggunakan BBG ?

detaktangsel.com KOTA TANGSEL - Konversi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) dimaksudkan untuk mengurangi pemakaian sekaligus mengurangi impor BBM, sehingga menurunkan subsidi komoditas tersebut. Di samping itu, BBG sebagaimana hasil kajian para ahli, juga lebih ramah lingkungan dibandingkan BBM.

Karenanya menurut pengamat, langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah dalam program konversi BBM ke BBG yang merupakan upaya pengembangkan bahan bakar alternatif tersebut adalah meningkatkan minat BUMN dan swasta membangun infrastruktur gas.

Tahun 2013 lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik, mengatakan, program konversi penggunaan BBM ke BBG menjadi persoalan yang harus terus digiatkan, mengingat cadangan minyak Indonesia kian menipis.

Kepada sejumlah media, Jero mengungkapkan, untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri, pemerintah selalu melakukan impor. Padahal menurutnya, ada sumber energi lain di perut bumi Indonesia yang belum dimanfaatkan secara maksimal, yakni gas.

"Melihat kondisi seperti ini kita harus mengurangi penggunaan minyak. Gunakanlah gas sebanyak-banyaknya agar kita bisa kurangi ketergantungan impor kita," ungkapnya, ketika itu Selasa (24/12/2013).

Jero menceritakan bahwa rencana konversi BBM ke BBG ini sudah lama dilakukan. Hanya saja belum berjalan maksimal. Untuk itu, Jero tidak ingin program ini jalan di tempat. Untuk itu, ia akan terus gencar mengimbau kepada masyarakat untuk mewujudkan konversi BBM ke BBG. Menurutnya, selain harga BBG murah, keuntungan lainnya dari penggunaan gas yakni ramah lingkungan.

"Saya enggak mau kalau cuma dibilang omdo (omong doang), makanya saya ingin membuktikan dan merealisasikan Konversi BBM ke BBG ini harus berhasil," tekadnya.

Jero mengaku, senang ketika mendengar PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) yang ikut mendirikan SPBG. "PGN mendirikan SPBG pertamanya di kawasan Bekasi, dan untuk beralih dari bahan bakar minyak ke bahan bakar gas butuh revolusi budaya, " ungkap Jero Wacik.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Perusahaan Gas Negara (PGN) Ridha Ababil, pada Rabu (13/8/2014) mengatakan, setiap pembangunan SPBG membutuhkan dana sebesar Rp 20 miliar, dan setiap Mobile Refuelling Unit (MRU) dibutuhkan dana sebesar Rp 10 miliar untuk pengadaannya. Namun, kata dia, PGN terkendala kesediaan lahan di lokasi strategis untuk SPBG maupun MRU itu.

Pemerintah nampaknya sangat serius mendorong konversi kendaraan bermotor dari BBM ke BBG dengan menggunakan converter kit. Kebijakan itu diterapkan bersamaan dengan implementasi pembatasan konsumsi BBM bersubsidi terhadap mobil pribadi. Di pasaran, converter kit dijual dengan harga berkisar Rp15 jutaan per unit. Converter kit adalah perangkat tambahan yang dipasang di mobil untuk menjadikan gas dapat disalurkan ke ruang pembakaran mesin.

Perbedaan LPG, BBG, dan CNG ?

Elpiji dalam pelafalan bahasa Indonesia dari akronim bahasa Inggris Liquified Petroleum Gas (LPG). Dalam makna harafiahnya adalah gas minyak bumi yang dicairkan. LPG merupakan campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair. Komponennya didominasi Propana (C3H8) dan Butana (C4H10). Elpiji juga mengandung Hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya Etana (C2H6) dan Pentana (C5H12). Elpiji diperkenalkan Pertamina sejak tahun 1968.

Tujuan Pertamina memasarkan Elpiji adalah untuk meningkatkan pemanfaatan hasil produk Minyak Bumi, bentuknya juga cair, namun perbedaan terbesarnya dari Liquified Natural Gas (LNG) adalah heating value-nya yang lebih besar.

Pertamina menjadikan LPG sebagai merk dagang. Elpiji adalah Bahan Bakar yang ramah terhadap lingkungan. Manfaatnya ? LPG banyak dipakai sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah di rumah tangga (daya pemanasan Elpiji lebih tinggi, sehingga memasak lebih cepat matang dan tentu lebih cepat dihidangkan, Namun, di luar negeri LPG sudah banyak kegunaannya, salah satunya sebagai bahan bakar mobil.

Sementara itu, Liquified Natural Gas (LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan mendinginkannya sekitar -160° Celcius.

LNG ditransportasi menggunakan kendaraan yang dirancang khusus, dan ditaruh dalam tangki yang juga dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada Suhu dan Tekanan Standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh di mana jalur pipa tidak ada.

Perbedaan LNG dengan LPG secara mendasar, yaitu : LNG adalah Gas Metana (C1) yang dicairkan, sedangkan LPG adalah Gas Propana ( C3) atau Butana (C4) yang dicairkan.

Sementara CNG adalah alternatif bahan bakar selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih 'bersih' bila dibandingkan dengan dua bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan.

CNG dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan, biasanya berbentuk silinder. CNG kadang-kadang dianggap sama dengan LNG. Walaupun keduanya sama-sama gas alam, perbedaan utamanya adalah CNG adalah gas terkompresi sedangkan LNG adalah gas dalam bentuk cair.

CNG secara ekonomis lebih murah dalam produksi dan penyimpanan dibandingkan LNG yang membutuhkan pendinginan dan tangki kriogenik yang mahal. Akan tetapi CNG membutuhkan tempat penyimpanan yang lebih besar untuk sejumlah massa gas alam yang sama serta perlu tekanan yang sangat tinggi. Oleh karena itu pemasaran CNG lebih ekonomis untuk lokasi-lokasi yang dekat dengan sumber gas alam.

CNG juga perlu dibedakan dari LPG, yang merupakan campuran terkompresi dari propana (C3H8) dan butana (C4H10). Dengan sedikit tulisan ini seharusnya kita menyadari bahwa persediaan itu semakin lama semakin habis dan hal tersebut membutuhkan waktu jutaan tahun untuk mendapatkan sumber energi tersebut. Gunakanlah energi dari alam semaksimal dan se efisien mungkin karena, mahalnya semua yang akan kita terima akan berdampak pada anak cucu kita kemudian hari.