Petugas TPS Rawan Terjangkit DBD

ilustrasi ilustrasi

detaktangsel.com CIPUTAT – Musim penghujan menghantui warga terjangkit Demam Berdarah Dengue (DBD). Terutama petugas tempat pembuangan sampah (TPS) rawan akan terjagkit penyakit yang berasal dari nyamuk aeges aegypty ini.

Berdasarkan hasil observasi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah keberadaan TPS harus diwaspadai. Soalnya, di lokasi tersebut tempat berkembang biaknya nyamuk DBD. Bahkan, di 2014 seorang petugas TPS Serua Sehat di Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat meninggal dunia akibat sengatan nyamuk tersebut. Bahkan, pada 2014 sorang petugas meninggal dunia akibat sengatan nyamuk tersebut.

 

"Nyamuk Aedes aegypty ini banyak ditemukan pada tumpukan sampah botol atau gelas plastik yang ada disekitar rumah warga dan TPS," ungkap Ifa Syifaurrohmah mahasiswi Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah, Jumat (15/1).

Meski sudah ada korban jiwa, sambung mahasiswi semester V ini, di TPS Serua Sehat tetap tidak terawat. Ia menilai TPS tersebut satu dari beberapa TPS di Kota Tangsel yang bermasalah. Padahal, Pemkot Tangsel menggalakkan pembangunan TPS3R yang berfungsi sebagai tempat pembuangan dan pengelolaan sampah sementara. "Akan tetapi, banyak terjadi permasalahan diantaranya adalah masih terdapat TPS aktif yang menanggulangi sampahnya dengan pembakaran," ujarnya.

Selain itu, saat observasi pihaknya menemukan banyak penumpukan sampah, alat pengelolaan kompos banyak yang rusak dan ada TPS yang sudah tidak layak secara fisik untuk dijadikan lokasi pembuangan. "Fakta-fakta tersebut banyak kami temukan di lapangan," ujarnya.
Menurutnya, Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) mengaku telah melakukan pengawasan dua bulan sekali terhadap TPS3R. Namun, dari hasil observasi, 80 persen pengakuan dari petugas TPS 3R se-Kota Tangsel mengaku tidak dilakukan monitoring atau pengawasan oleh dinas berkaitan. "Sehingga dampak dari permasalahan buruknya pengawasan sampah inipun akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Seperti DBD, Infeksi Saluran Napas Akut dan diare," terangnya.
Untuk itu, pihaknya meminta Pemkot Tangsel melakukan pengawasan TPS sesuai dengan Perda Nomor 3 tahun 2013 tentang Pengawasan. "Minimal enam bulan sekali mengawasi di TPS dan TPA," ujarnya.
Sementara, Kepala Seksi Penyakit Menular dan Pengendalian Lingkungan (P2PL) pada Dinas Kesehatan Kkota Tangsel Alwan mengatakan berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes), 60 persen rumah di Kota Tangsel memiliki jentik nyamuk Aedes Aegypti.

"Kurangnya kesadaran masyarakat untuk menutup, menguras dan menimbun (3M) masih sangat rendah. Sehingga jentik-jentik yang bersarang tumbuh dan berkembang biak," ujarnya.

Kata dia, data yang diperoleh dari Litbangkes tersebut menggunakan sistem ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan kimia seperti fogging. "Nantinya kami akan melakukan sosialisasi dengan menyebarkan poster 3M dengan semboyan satu rumah, satu jumantik," jelasnya.

Menurutnya, untuk nyamuk membutuhkan tempat yang bersifat akutik melakukan penetasan hingga menjadi nyamuk dewasa. Oleh sebab itu, datangnya musim hujan sangat berpengaruh dengan kasus DBD dan ada pencegahan terhadap DBD, salah satunya dengan menggunakan Larvasida Biologis Cair untuk membunuh jentik.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online