Seyogianya air bersih, tidak berbau, dan tidak berasa. Namun, tidak demikian dinikmati Mimin (33), warga Lingkungan Batu Payung ini. Ia merasa sulit mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

"Sekarang-sekarang ya sudah mulai terasa kesulitan dapat air bersih. Karena saar ini mulai memasuki musim peralihan dari musim hujan ke kemarau, " tuturnya.

Mimin mencari air bersih ut dari mata air yang ada tidak untuk kebutuhan air minum, melainkan untuk kebutuhan hidup lainnya. Hal ini terjadi lantaran air ia dapat tidak semestinya bersih dan tidak layak untuk dikonsumsi.

"Tidak mungkin untuk air minum. Paling juga ini untuk mandi dan cuci," katanya, kemarin.
Untuk mencapai lokasi mata air ini, ia menuturkan, dirinya harus berjalan kaki berkilo-kilometer. Kondisi ini juga dialami warga lain.

"Saya sudah biasa jalan seperti ini. Mau bagaimana lagi, ini kan harus dilakukan. Kalau beli air bersih, saya tidak mampu," tambahnya.

Sementara Ketua RT 05 RW 05 Lingkungan Batu Payung Jimari membenarkan saat ini masyarakat sudah mulai dilanda krisis air bersih. Walaupun belum begitu signifikan, pihaknya membenarkan musim peralihan ini menyebabkan warga mulai kesulitan memperoleh air bersih.

Jimari mengatakan, ketersediaan air bersih untuk air minum tidak n lagi diperoleh dari mata air yang ada. Namun, pihaknya saat kemarau tiba selalu berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyediakan air bersih mana kala masyarakat sudah mulai kesulitan mendapatkannya.

Ia berharap jalan yang menghubungkan tiga desa di Pegunungan Penawen dapat segera diperbaiki. Hal ini dikatakan lantaran kondisi jalan yang sudah rusak parah dan memakan korban jiwa.

Kendala lain yang dihadapi masayarakat di pegunungan ini, menurutnya, kerusakan jalan makin parah. Apalagi dulu pernah ada masyarakat yang jatuh dari motor dan meninggal.