Suara Ku Abis Ya

Suara Ku Abis Ya

detaktangsel.com– CELOTEH SEKETIKA, Wajah pucat pasi. Hanya tiduran, aktivitas Koder sehari-hari. Meski dikelilingi teman-temannya, anak asli Betawi ini ogah-ogahan alias males melakukan apa pun.

Ia hanya bisa makan, merokok, dan tidur. Terkadang mau buang hajat besar sulit beranjak. Entah kenapa sikap sepeti ini.

Semua teman-temannya, termasuk Novi, bingung. Penasaran dedemit mana yang merasuki pikiran dan hati Koder.

"Sebenarnya sakit apa sih Kang?" tanya Novi penuh perhatian.

Diam seribu bahasa. Tak secuil pun kata keluar. Dia hanya memandang Novi penuh kemanjaan. Pandangannya kosong melompong. Sekali-kali tangannya bergerak hanya untuk mengodain burung kesayanganya, kenari warna kuning, asal Holand.

Novi makin bingung dan penasaran ketika mengetahui kondisi . Cewek, konon, keturunan darah biru Kesultanan Banten ini, tetap berusaha menghibur . "Akit pa cih, Kang ?" Novi kembali bertanya dengan bahasa gaul ala cewek cabe-cabean.

"Ayolah awab Kang. Nov cuma pengen tahu aja Kang akit pa!"

"Nov, percuma loe nanyain. Enggak bakal dijawab!" seru Roy dari jarak 20 meter. Roy merasa kasihan menyaksikan Novi datang jauh-jauh dicuekin. Novi adalah sahabat semasa kuliah di Fakultas Hukum Karma, Hukum Rimba University.

"Biarin Roy! Nov kasihan ama Kang ," sahut Novi dengan suara lemah lembut.

"Nov kagak tega, Roy."

Roy sambil menenteng rantang berisi bekal makan siang menyamperin Novi. Pemuda masa kini ini langsung duduk bersebelahan dengan Novi.

"Iya sih Nov, semua enggak tega dan kasihan. Persoalannya adalah makin besar kepala kalo loe perhatiin. Kayak kagak tahu aja loe," singgung Roy.

Semua sahabat juga keluarganya udah berusaha untuk mengembalikan kondisi, baik ke dokter maupun paranormal. Hasil diagnosa medis sekaligus penerawangan paranormal, Koder tidak mengindap penyakit apapun.

Kondisi seperti ini sejak dia mengetahui hasil penghitungan pemungutan suara Pemilu Legislatif, Rabu (9/4) lalu. ambruk tanpa sebab -musabab.

"Begitu Roy cerita soal awal sakit," kata Novi.

Novi perhatiin terus yang berbaring di saung, depan rumahnya. Pandangannya tetap kosong. Semua tidak bisa menafsir sakit .

Selang satu jam, Supriyanto dan kawan-kawan pun mulai berdatang. Mereka membesuk Koder. Sementara Roy asik main BB.

"Asamualaikum.......! seru Supriyanto, komandan genk motor asal Pondok Benda Mati.

"Walalaikumsalam."

"Udah lama loe Roy. Eeeh loe juga hadir Nov," kata Supriyanto sambil tersenyum.
Gaya anak asli Wonogiri, Jawa Tengah, ini ceplas-ceplos. Kagak peduli sakit, Supriyanto asal nyeletuk kalau ngomong.

"Aach loe Der kagak berubah-ubah dari dulu. Kalau kesel ama orang dipedem di hati. Sekali-kali tonjok dia biar tahu rasa," Supriyanto mengawali pembicaraan menyinggung sakit yang diderita .

Semua sahabat juga kelurga paham dan tahu persis cara ngomong Supriyanto. Jadi mereka kagak pernah tersinggung mendengar Supriyanto berkomentar.

"Roy, Nov, ingat enggak loe. menderita penyakit ini bukan kali pertama. Ketika cintanya loe tolak Nov, jatuh sakit kan," tutur Supriyanto.

"Aku enggak kaget, apalagi kasihan ama Koder. Biarin aja, dia pasti sembuh sendiri. Buat apa dibawa ke dokter atau orang pinter. Meding kita aja, bila kita paksa dia ikut ke karaoke."

"Ngacau loe, Pri," sahut Novi. " bener-bener sakit, bukan pura-pura sakit."

"Ha ha ha.......Nov Nov.....! Loe juga pura-pura kagak tahu watak Koder."

Kamis (10/4), suasana kediaman Koder bener-bener ramai. Semua sahabat menyenguk Koder. Mereka paham, Koder tidak menderita sakit secara media. Namun, Koder sakit hati terhadap massa pendukungnya yang tidak konsisten dan loyal.

Meski tidak sampai habiskan miliaran rupiah, paling tidak, Koder telah mengeluarkan ratusan juta rupiah untuk persiapan massa kampanye. Tidak heran Koder sakit hati, karena sejumlah pemilih termasuk Ketua RW dan RT di daerah pemilihannya, telah menerima uang.

"Suaraku abis ya......!" keluh Koder.

Itulah sekian jam menemani di tempat pembaringan, Koder mengeluarkan keluhan. Ia terkesan tidak percaya kalau dia memang tidak memiliki suara. Karena memaksakan diri dan terlalu percaya diri, akhirnya Koder tidak memercayai kalau suaranya hilang.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online