Print this page

Ki Jambrong Mencari Cinta Yang Hilang

Ki Jambrong Mencari Cinta Yang Hilang

detaktangsel.com- CELOTEH, Ki Jambrong biasa dipanggil. Makanan yang didemini jengkol ama ikan asin dan sayur asem. Kunyah kemenyan sebulan sekali.

Senin, 18 Agustus 2014, Ki Jambrong tidur pules. Hanya pakai sarung dan kaos dalam sambil kaki diletakkan di atas, pria asal suku Badui, Banten, ini tampak kecapean.

Mulut menganga, mengdengkur. Air liur pun mengalir dari sela-sela bibir meski tidak sederas air hujan.

Aku enggak tega banguni. Padahal waktu menunjukkan pukul 10.30. Suasana kantor nan sepi hanya terdengar suara dengkuran Ki Jambrong.

Apa yang dikerjakan semalam, Ki Jambrong sampai lelap tertidur. Tumpukan gelas berantakan di tempat cucian. Pasti, Ki Jambrong menerima banyak pasien yang berobat semalam. Atau, Ki Jambrong abis lomba panjat pinang dan makan krupuk di acara Agustus, kemarin.

Tepat pukul 11.45, Ki Jambrong bangun. Pengen minum kopi daripada mandi dulu. Kehangatan secangkir kopi Kapal Tongkang pun terseduh. Langsung pikirnya, pengen pulang ke kampung halaman di Ceceri, Banten. Sayang, dia tidak bisa naik kapal Tongkang.

Udara panas menyengat. Akhirnya selang beberapa menit, Ki Jambrong mandi juga. Parfum minyak nyongnyong disemprotkan di ketiak, baju, dan dioleskan di alis mata.

Menyereput kopi sambil mencaplok singkong goreng. Enggak lama, ia dadan rapi. Penampilannya, siang ini, berbeda dibandingkan hari-hari sebelumnya.

"Ada tamu yang datang, enggak?" tanya Ki Jambrong ama asisten pribadinya seraya menyinggung pemasukan.

Sang asisten pun diperintah ngecek pembukuan. Kira-kira saldo plus atau minus.

Usai speak-speak dengan asisten, Ki Jambrong tidak banyak bicara kecuali merokok. Tak lupa, menenggak kopinya tanpa sisa.

"Pergi dulu, ya!" seru Ki Jambrong.

Sejak Ki Jambrong meninggalkan ruang semedi, tidak ada orang berani masuk. Asisten pribadinya, Rahmi Dianty, berani masuk karena mengambil dan membersihkan tempat semedi Ki Jambrong.

Imam Khai Pang, Humas Ki Jambrong, juga tidak banyak bicara. Sibuk ngurusin catatan kecil seperti resep Ki Jambrong. Tertulis di catatan itu, antara lain Senin-Kamis dan terlebih mandi kembang tujuh rupa sebelum menjalani puasa.

Entah sengaja atau tidak, batu akik Pancaroba milik Ki Jambrong tertinggal di kamar mandi. Dianty memberitahu masalah cincin itu ama Imam.

"Pak, cincin milik siapa tertinggal di kamar mandi," tutur Dianty sambil menyerahkan cincin.

Imam tidak berani menerima serah terima cincin tersebut. Dianty diminta menyimpan di laci meja kerja Ki Jambrong. Imam takut memegang cincin Pancaroba itu lantaran telah diisi jampi-jampi Ki Jambrong.

Konon, cincin Pancaroba ini ditawar Rp1 miliar. Namun, Ki Jambrong tidak melego. Katanya, sayang. Selain peninggalan suami Nyi Kali Angkeh, juga punya khasiat ampuh. Bila dicemplungkan ke air, rasa air itu bisa menyembuhkan segala penyakit kecuali penyakit tongpes alias kantong kempes.

Dianty mondar-mandir bak ayam mau bertelor. Sambil ngemil peyek kacang, Dianty tampak agak kusut.

Sebetulnya, Dianty pengen curhat sama Ki Jambrong soal percintaannya dengan Wak Udin. Namun, Dianty ragu-ragu sampai Ki Jambrong pergi.

Maksud hati Dianty terungkap setelah cerita ama Imam. Namun, Imam tidak menanggapi serius.

"Salah kamu sendiri. Ada orangnya tidak mau curhat. Giliran orangnya kabur, kamu kebingungan," ujar Imam.

Imam pun menyarankan telepon atau ngetuit Ki Jambrong menyampaikan perihal yang dimaksudnya. Namun, Dianty cuekin saran Imam.

Udara panas mulai redup. Kendati demikian, uang dari perut bumi tetap mengeluarkan hawa panas. Kipas angin pun tidak mampu mengusir hawa menyengat tersebut.