Print this page

Harga Elpiji 12 Naik, Masyarakat Menjerit

Harga Elpiji 12 Naik, Masyarakat Menjerit

BOGOR- Hadiah di awal tahun yang diberikan pemerintah kepada masyarakat sangat berkesan. Pasalnya, lagi-lagi pemerintah menaikan harga gas Elpiji (LPG) non subsidi ukuran 12 dan 50 kilogram. Dengan kenaikan ini, dapat dipastikan, masyarakat akan beralih ke gas 3 kilo.  

Kenaikan ini bukan tanpa alasan, karena menyusul tingginya harga pokok Liquified Petroleum Gas  (LPG) di pasar dengan ditambah turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan semakin besar mencapai Rp5,7 triliun. Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual Elpiji non subsidi 12kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan.

Berdasarkan informasi, untuk kenaikan gas 12 kilo harga yang ditetapkan Rp130.000 pertabungnya, sedangkan 50 kilo mencapai Rp803.500 pertabung dari harga sebelumnya Rp670.000. Namun kabarnya nanti per 6 Januari diikuti kenaikan gas 3 kilo dari harga Rp 15.000 menjadi  Rp 17.500 pertabungnya.  Namun, kenyataan di lapangan, harga gas 12 kilo saat ini mencapai Rp135.00-140.000 pertabungnya.

Akibat dari kenaikan ini, membuat keresahan di masyarakat seperti yang diungkapkan, Endang Herawati (48). Menurutnya kenaikan harga elpiji ukuran 12 kg tentu sangat terasa untuk kalangan menengah ke bawah.  

“Untuk kalangan menengah ke atas mungkin tidak terasa jika harga elpiji naik. Tetapi untuk kalangan menengah kebawah kan berat karena uang belanja terbatas,” katanya

Biasanya kalau harga elpiji naik, lanjut dia, akan diikuti naiknya harga kebutuhan pokok yang ikut melonjak. Padahal, ia menggunakan elpiji tidak hanya untuk memasak, melainkan juga untuk dia berjualan. Untuk itu, ia berharap pemerintah dapat segera menstabilkan harga elpiji 12 kg, kalau tidak tak sedikit dari mereka beralih ke gas 3 kilo.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hasan (30). Menurutnya, dengan kenaikan gas elpiji khususnya yang 3 kilogram akan mematikan masyarakat khususnya mereka yang berjualan. Dan dipastikan, banyak dari mereka yang gulung tikar dan kembali menggunakan minyak tanah, karena gas yang dijual mahal harganya.

“Pemerintah disini harus melihat akibat dari kenaikan yang terjadi. Jangan sampai menimbulkan masalah baru dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Salah satu agen di Bogor Muhammad Rudi Efendi mengatakan, memang dengan kenaikan harga gas ini membawa dampak yang signifikan, dimana terjadi penurunan pasokan hingga 50 persen, dan setiap agen yang ada dijatah untuk pendistribusiannya.

“Untuk harag gas 12 kilo saat ini dijual Rp130.000 pertabungnya sedangkan untuk gas 3 kilo Rp17.500, hal ini dikarenakan pada 6 Januari nanati harga gas 3 kilo akan ikut dinaikan,” terangnya.

Kondisi ini membuat, sebagian pengguna gas akan menjerit dan beralih, untuk yang biasa menggunakan gas 12 kilo akan beralih ke gas 3 kilo, sedangkan pengguna gas 3 kilo kemungkinan akan beralih ke minyak tanah.

Kenaikan gas elpigi ini dibenarkan oleh Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Kota Bogor, Bahriun. Dikatakannya, sesuai surat keputusan kenaikan gas 12 kilo saat ini harganya Rp 128.900 pertabungnya, sedangkan untuk tabung 50 kg dijual dengan harga Rp803.500 pertabungnya.

“Itu putusan dari pemerintah, dimana kenaikan pertabungnya mencapai Rp47.700/tabung,” ungkapnya.

Untuk pasokan sendiri, awalnya kata dia mengalami penurunan, namun ketika ditetapkan, sudah kembali normal. Namun, untuk mengantisipasi harga dipasaran melambung, pihaknya membentuk tim pemantau mengenai harga di pasaran.

“Tak sedikit dari produsen menaikkan harga jual seenaknya. Untuk itu, saya akan membentuk tim untuk mengawasinya,” kata dia.

Menurut dia, imbas dari kenaikan gas 12 kilogram ini, akan berdampak besar pada masyarakat, karena mereka akan berbondong-bondong beralih menggunakan gas 3 kg, yang disubsidi pemerintah.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor, Bambang Budianto menuturkan, selama beberapa hari kedepan akan melakukan monitoring dan pengawasan terhadap gas LPG 12 kilo dan 3 kg. Namun lebih difokuskan pada gas 3 kilo yang merupakan subsidi dari pemerintah khusus untuk menengah ke bawah.

“Saya akan berkoordinasi dengan hiswanamigas dan pertamina agar pasokan dan stok 3 kg pada tingkat aman khusus Kota Bogor,” imbuhnya.

Namun, untuk mengantisipasi beralihnya masyarakat penguna gas 12 kg ke 3 kg, pihaknya akan melakukan pengawasan dilapangan dengan melakukan sidak ke beberapa pangkalan gas yang kemungkinan akan menyuntikan tabung gas 3 kg ke tabung 12 kilo.

“Maksudnya adalah harga jual gas 3 kg bersubsidi/harganya relatif murah sedangkan gas 12 kg akan mahal namun mengalami pengurangan dari isinya. Kita akan awasi terus jangan sampai kecolongan,” pungkasnya. (rul)