Menurut keterangan resmi dari Kementerian Pertahanan Korut, yang dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA), latihan gabungan tersebut dianggap sebagai ancaman serius terhadap keamanan Pyongyang. Sebagai tanggapan, Korut meluncurkan uji coba sistem senjata nuklir bawah laut yang tengah dikembangkan, dikenal dengan nama "Haeil-5-23", tanpa memberikan tanggal pasti pelaksanaannya.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan Korut menuduh AS, Korsel, dan Jepang "menjadi panik" dengan latihan militer mereka dan memperingatkan tentang "konsekuensi bencana" yang mungkin timbul dari latihan gabungan semacam itu.
Latihan militer bersama tersebut diadakan selama tiga hari hingga Rabu (17/1) waktu setempat, melibatkan sembilan kapal perang termasuk kapal induk USS Carl Vinson. Tujuan dari latihan ini adalah untuk meningkatkan respons terhadap ancaman nuklir dan rudal yang terus berkembang dari Korea Utara.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Korut menegaskan bahwa "postur perlawanan berbasis nuklir bawah laut dari militer kita semakin disempurnakan, dan berbagai tindakan responsif maritim dan bawah laut akan terus menghalangi manuver militer bermusuhan dari Angkatan Laut AS dan sekutu-sekutunya."
Sementara ketegangan di Semenanjung Korea terus meningkat, dunia internasional memantau perkembangan situasi ini dengan keprihatinan, mengingat dampak potensialnya terhadap stabilitas di kawasan tersebut.