Sasmita selaku Kordinator Aksi, mengatakan pihaknya menyatakan sikap menolak SK Gubernur Banten nomor : 561/Kep.506-huk/2014 tentang UMK 2015 yang akan digunakan sebagai barometer upah terendah di Kota Tangerang. Hal ini kami lakukan karena kami menilai UMK sebesar Rp.2.730.000,- tidak sesuai dengan kebutuhan hidup Riil para buruh.

Jika SK tersebut tetap dipaksakan maka pastinya akan berdampak terhadap penurunan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang khususnya terhadap kaum buruh.

Selain itu kami menuntut kepada Pemerintah :
berlakukan UMK yang diminta buruh, Cabut Inpres no.9/2013 dan revisi Kepmen no.13/2012 dan batalkan kenaikan BBM.

" Angka tersebut jelas tidak realistis, jika dengan 2,7 dikatakan bisa hidup dengan wajar itu tidak benar, untuk itu kami meminta kepada pihak walikota untuk merevisi UMK 2015 dan merekomendasikan ulang UMK Rp.3.177.591,- kepada Plt Gubernur Banten. Kami akan menunggu di bawah jembatan untuk bisa beraudensi dengan walikota," jelas Sasmita

Untuk itu saya mohon kepada walikota Tangerang untuk merekomendasi ulang UMK 2015, karena ada indikasi Plt Gubernur Banten mau merevisi ulang UMK, kalau saja ada revisi ulang dari Walikota Tangerang dan merekomendasikan kepada Gubernur, maka Rano Karno akan merevisinya.

Apabila tuntutan kami tidak dipenuhi maka kami menyerukan kepada kaum buruh untuk melakukan perlawanan dengan melakukan aksi turun kejalan,mogok kerja dan pendudukan akses industri juga objek vital Tangerang Raya.

" Kami tidak berniat untuk mengancam pemerintah untuk memblokir jalan, namun kalau tuntutan kita belum terpenuhi juga,maka mau tidak mau, "pungkas Sasmita kepada wartawan Detaktangsel.

Saat berita ini diturunkan aksi Unjuk Rasa masih berlangsung di Fly Over Jalan Perintis Kemerdekaan Cikokol. Kemacetan kendaraan juga Penjagaan ketatpun masih dilakukan oleh pihak kepolisian dan TNI Kota Tangerang.