Print this page

Jelang Runtuhnya Alang-Alang, Sebagian Bangunan Sudah Dibongkar Pemilik Kafe Minggat

Jelang Runtuhnya Alang-Alang, Sebagian Bangunan Sudah Dibongkar Pemilik Kafe Minggat

detaktangsel.com SERPONG--Lokasi prostitusi Alang-Alang di bilangan Kelurahan Buaran, Serpong, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mulai terlihat sepi dari hiruk-pikuk para penghuninya. Sejumlah warung dan kafe yang telah beroperasi hampir 30 tahun ini, mulai di tinggal minggat para penyewa lantaran santer terdengar jika Kamis esok (12/5) seluruh bangunan yang beralih pungsi tersebut bakal di gusur.

Pantauan di lokasi yang bisa ditempuh dari jalan Swadaya yang merupakan akses utama menuju Alang-Alang, terlihat salahsatu bangunan semi permanen telah luluh-lantak di bongkar sendiri oleh sang pemilik.

Semakin jauh memasuki 'surga malam' di kawasan paling utara di Kecamatan Serpong itu, semakin terasa asing bagi pengunjung yang baru pertama kali masuk ke kawasan tersebut.

Warna-warni cat mencolok yang ada deretan rumah di lokalisasi Alang-Alang ini, semakin jelas bahwa bahwa bangunan kontrakan tersebut sengaja di buat sedemikian rupa untuk menarik konsumen berkunjung kesini. Belum lagi
hentakan musik disko remix yang menggelegar dari salahsatu kontrakan, seolah-olah mengundang tamu untuk masuk ke dalam bangunan semi permanen berwarna biru tersebut.

Sekilas, nampak seorang perempuan cantik duduk santai menemani lelaki sambil sambil megang mix melantunkan tembang dangdut lawas. Meski di dalam ruangan bangunan bercat warna biru itu terlihat pengap dan kumuh, namun si wanita berambut sebahu yang di cat pirang ini cuek dengan kehadiran sejumlah awak media yang datang ke lokasi tersebut pada Selasa petang itu.

Tak jauh dari bangunan berwarna biru yang di dalamnya menggelegar dangdut remix, berdiri sebuah bangunan berwarna ping. Tina, pemilik bangunan itu mengenalkan diri.

Menurut penuturannya, penghuni di kawasan Alang-Alang telah menerima surat teguran pertama hingga ketiga. Sejak teguran pertama sebagian penghuni cafe mulai meninggalkan tempat dan pergi entah kemana.

"Sekarang sudah mulai sepi sejak ada surat edaran pertama hingga ketiga. Mereka pergi entah kemana mungkin juga mereka balik kekampung halamanya," tutur wanita berkacamata mengenakan daster motif kembang warna merah ini.

Dengan tatapan kosong, Tina mengaku memiliki bangunan yang disewakan kepada orang lain pertahun sebesar Rp,35 juta. Menurutnya, masalah bangunan yang ia dewan an kepada orang lain akan digunakan sebagai tempat karaoke atau hal lain, ia mengaku sepenuhnya diserahkan kepada penyewa.

"Itu hak penyewa untuk apa, kalu kami lihat setiap malam memang tempatnya untuk karaoke ada beberapa meja dan minuman secara terbuka tidak tertutup," tuturnya.

Ia menjelaskan, Alang-Alang tidak semua penghuni kafe bandel meski sudah dilarang masih tetap beroperasi, tapi ada saja yang patuh terhadap aturan. Tina sendiri memiliki tempat hak guna bangunan dan sempat disarankan untuk menyetop aktifitasnya.

"Kami memiliki tempat sendiri jadi bukan untuk dibongkar hanya saja menghentikan aktifitasnya," bebernya.

Total rumah permanen milik warga yang dikontrakan sekitar 35 titik. Satu rumah diperkirakan diisi oleh 4-5 orang yang diketahui berasal dari Indramayu, Cirebon, Sukabumi dan Karawang.

"Mereka bukan orang sini (Buaran red) tapi datang dari berbagai daerah. Termasuk para tamu datang dari berbagai daerah," ungkapnya.

Sementara warga lain yang menempati lahan milik salah seorang bernama Rudi, terlihat di bangun apa adanya. Hanya beberapa rumah saja yang di buat semi permanen. Akan tetapi, sejumlah bangunan yang di buat alakadarnya itu, saat ini sudah rata dengan tanah hanya yang tersisa kayu dan puing bangunan. Sedikitnya, ada 15 bangunan terbuat dari kayu yang di gunakan sebagai tempat hiburan malam.

"Warung yang dibongkar itu bangunan semi permanen karena mereka juga menduduki lahan orang," kata salah satu pemuda setempat yang enggan namanya dikorankan.

Pria berusia sekitar 26 tahun ini mengaku sejak kecil tinggal di kawasan tersebut. Ia juga menyebut, warga sekitar tak mampu melarang aktifitas yang ada di daerahnya.

"Jelas membuat resah warga sekitar khususnya warga asli. Tapi kalau bukan pemerintah yang turun tangan tidak mungkin bisa. Masalahnya sudah puluhan tahun tinggal dan mencari uang disini," tandasnya.