Si Jempol 'Like' Bambu Simbol Kemapanan dan Kesejahteraan Keluarga

Salah satu karya seni arsitektur berbahan bambu berbentuk 'Si Jempol Raksasa' hadir memeriahkan perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII tahun 2015 di BSD, Tangsel. Salah satu karya seni arsitektur berbahan bambu berbentuk 'Si Jempol Raksasa' hadir memeriahkan perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII tahun 2015 di BSD, Tangsel.

detaktangsel.com SERPONG - Puncak perayaan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII tahun 2015, yang berpusat di kawasan bisnis Bumi Serpong Damai (BSD) Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten pada 1 Agustus mendatang, menjadi ajang kawasan pameran pembangunan dan budaya dari seluruh Pemerintah Provinsi dan Pemkab/Pemkot se-Indonesia.

Rangkaian puncak Harganas tahun 2015 sudah dimulai sejak dua hari lalu, dan merupakan momentum bagi upaya membangun karakter bangsa dalam mewujudkan Indonesia Sejahtera dengan mengusung tema "Membangun Karakter Bangsa dan Keluarga".

Salahsatu yang menarik perhatian di kawasan pusat kegiatan Harganas adalah kehadiran karya seni arsitektur berbahan pohon bambu yang berbentuk 'Si Jempol Raksasa' siap menyambut seluruh delegasi Pemprov, Pemkab/Pemkot se-Indonesia, dan masyarakat luas yang akan datang ke lokasi acara.

Menurut Sang Arsitek 'Si Jempol Raksasa', yang juga Sekretaris Dinas Tata Kota Bangunan dan Permukinan Kota Tangsel Mukkodas,ST, MT, Si Jempol Raksasa dibuat dari anyaman pohon bambu tali, menghabiskan 28.050 helai bambu, serta membutuhkan waktu merangkai selama dua minggu dengan melibatkan 10 orang tenaga kerja.
IMG-20150729-00414
Selain Si Jempol Raksasa, hiasan dari bambu juga terpasang megah di persimpangan jalan utama BSD - Cilenggang Serpong dengan berbagai bentuk, diantaranya gambaran keluarga kecil di atas perahu, dan bertema keluarga bahagia yang bisa bermain di mana pun.

"Kami juga mengundang beberapa kominitas bambu, seperti komunitas topi bambu, komunitas Banten Berkebun, dan lain-lain," ungkap Mukkodas, sambil mengajak keliling ke seluruh lokasi acara karya seni berbahan bambu, yang terletak di empat titik utama.

Menurutnya, kegiatan yang dilakukan para komunitas sangat memerlukan dukungan pemerintah, diantaranya adalah fasilitasi kegiatan melalui Dinas-Dinas terkait untuk menciptakan ekonomi kreatif.

"Anggaran bisa juga dari partisipasi dana CSR untuk bangunan semi permanen yang sinergi dengan community development, komunitas, dan mahasiswa untuk mengerjakan ruang publik, agar masyarakat hidup bahagia. Salah satu momentumnya adalah Harganas," jelasnya.

Karya cipta lainnya dari Mukkodas yang berbahan bambu adalah sepeda balap dari bambu payung seberat 7,5kg - 10kg yang dibandrol dengan harga Rp10 juta per unit.

"Sepeda sejenis sudah di eksport ke Swedia, Norwegia, Korea Selatan, dan India. Hanya volume belum banyak," ungkap Mukkodas.

IMG-20150729-00434

Selain itu, dari komunitas topi bambu milik Agus Hasanudin, warga Cikupa Kabupaten Tangerang, juga turut unjuk karya cipta. "Topi bambu dengan bahan bambu tali dimulai tahun 2011. Buyer (pembeli) sempat ada dari Hongkong, dan permintaannya cukup banyak, yakni satu kontainer per bulan," terangnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BP2T) Dadang Sofyan, saat di temui di lokasi acara mengungkapkan, BP2T sedang melakukan pelayanan kepada masyarakat berbasis online.

"Karena dengan cara itu, pelayanan pun menjadi lebih mudah, dan juga ramah lingkungan, karena melalui online kita tidak buang sampah kertas-kertas alias paperless," jelas Dadang Sofyan.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online