Print this page

Ketua IPSI Tangsel : Silat Sebagai Alas Budaya Dan Kembang Tangsel

Ir.E Wiwi Martawijaya,M.Si, Ketua IPSI Kota Tangsel Ir.E Wiwi Martawijaya,M.Si, Ketua IPSI Kota Tangsel

detaktangsel.com SERPONG – Guna mengembangkan dan mempertahankan budaya seni bela diri di Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Tangsel Ir.E Wiwi Martawijaya,M.Si memiliki visi pencak silat sebagai alas budaya dan kembang kota Tangsel.

Hal itu diungkapkannya saat ditemui di Kantor Dinas Sosial, Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) di Jalan Rawa Buntu Utara KO BSD Sektor 1.5 Blok F 01/02 Rt. 004/02, Kelurahan Lengkong Gudang Timur, Kecamatan Serpong, Kota Tangsel, Jumat (03/07/2015).

"Saya dipercaya memimpin organisasi (IPSI – red), pastinya saya sudah mempersiapkan visi yang jelas yakni silat sebagai alas budaya dan kembang Tangsel," ungkapnya.

Menurutnya, alasan pencak silat sebagai alas budaya karena pencak silat jika diperhatikan tidak terlepas dari kegiatan keseharian masyarakat yang saling berhubungan artinya telah mengakar dalam kehidupan masyarakat. Karena bila diketahui silat selain untuk bela diri, tapi secara arti kata, silat berasal dari kata silaturahmi.

"Mengapa alas budaya? Karena silat sudah menjadi budaya yang tak terlepas dari aktivitas kita. Sebenarnya, silat itu adalah silaturahmi makanya tak terlepas dari aktivitas kita," jelasnya.

Tak hanya itu, dirinya juga menjelaskan silat sebagai kembang Kota Tangsel yaitu dirinya menginginkan IPSI Kota Tangsel dapat mengharumkan nama Kota Tangsel.

"Kalau kembang artinya indentik dengan harum, disinilah dengan beralasan budaya silat dapat mengharumkan nama daerah," lanjutnya.

Dirinya juga menyebutkan, visi yang dimilikinya tak terlepas dari misi yang telah direncanakannya, terutama sangat berhubungan dengan simbol Trisula yang berada dilambang IPSI yaitu yang pertama Perguruan, menurutnya perguruan adalah yang dapat melestarikan jurus-jurus secara turun-menurun dan inilah yang menjadi andalannya, lalu kedua pendidikan, baginya Pendidikan paling efektif untuk mengembangkan silat, dan yang ketiga adalah jalur umum artinya dirinya ingin membentuk klub-klub silat dikalangan umum, hal ini dilakukannya sebagai edukasi bela diri dasar yang diberikan untuk masyarakat.