Mengintip Pembuatan Miniatur Rumah Adat Betawi, Upaya Pelestarian Budaya Lokal

Jamaludin dan rekannya saat mengerjakan miniatur rumah adat Betawi. Jamaludin dan rekannya saat mengerjakan miniatur rumah adat Betawi.

detaktangsel.com PONDOK AREN--Sebagian masyarakat Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tentu sudah hapal betul dengan blandongan, yakni rumah khas adat Betawi tempo dulu. Rumah blandongan, meski sekarang ini keberadaannya mulai sulit ditemui lantaran derasnya berbagai budaya yang masuk ke kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang ini, namun sejumlah penggiat seni yang ada di Lembaga Budaya Betawi (LBB) Kota Tangsel tersebut tetap berusaha melestarikan keberadaan rumah khas Betawi ini melalui kreatifitas yang dimiliki oleh para anggotanya di lembaga tersebut.

Seperti yang terlihat di bengkel kreatifitas seni LBB Tangsel yang berada di Jalan Raya Ceger, Rt 02/01 Kelurahan Jurang Mangu Timur, Pondok Aren. Sejumlah anggota LBB Tangsel sibuk mengerjakan pembuatan miniatur rumah khas adat Betawi berukuran 70x40 Centimeter tersebut diruang yang ada di bengkel kreatifitas LBB Tangsel tersebut.

Bidang senirupa LBB Tangsel, Jamaludin mengungkapkan, pembuatan miniatur rumah blandongan saat ini baru menghasilkan beberapa unit saja. Sebab, untuk menghasilkan satu unit miniatur rumah blandongan pihaknya membutuhkan waktu selama dua minggu.

"Tingkat kesulitannya pada saat finishing. Soalnya kita harus jeli agar miniatur rumah blandongan ini sesuai dengan aslinya," ungkap Jamal, sapaan Jamaludin ditemui di bengkel LBB Tangsel, Senin (20/6).

Pria kelahiran Jurang Mangu Timur 36 tahun lalu itu menjelaskan, pembuatan miniatur rumah adat Betawi ini tak lain agar Tangsel memiliki ciri tersendiri terkait kebudayaan disamping ondel-ondel yang lebih dulu populer.

"Kita ingin miniatur rumah blandongan lebih populer lagi dan dikenal diseluruh wilayah tanah air," tuturnya.

Menurutnya, miniatur rumah blandongan Betawi yang di buat menyerupai aslinya ini, beberapa sudah di serahkan kepada sejumlah pejabat yang ada di lingkup Pemkot Tangsel sebagai cinderamata khas daerah. Meski begitu, ia enggan menyebut nama pejabat tersebut.

"Cuma sekedar cinderamata aja. Harapannya agar bisa lebih gencar lagi mempromosikan budaya Betawi keluar daerah," imbuhnya.

Sedangkan bahan untuk membuat miniatur rumah blandongan tersebut, Jamal melanjutkan, terdiri dari bahan-bahan sederhana seperti triplek dan kayu jati belanda, kayu bambu dan cat dengan bahan dasar coklat.

"Jika ingin menyerupai aslinya, harus di tambah aksesori lainnya seperti lampu led dan tanaman sintetis. Untuk yang ini, butuh tambahan biaya yang lumayan besar," bebernya.

Sementara itu, Ketua LBB Tangsel Abdul Karim menambahkan jika pembuatan miniatur rumah adat masyarakat Betawi merupakan salah satu agenda yang harus dilestarikan selain budaya Betawi lainnya seperti seni tari Betawi, lenong Betawi, theater Betawi, silat Betawi, kuliner khas Betawi dan musik khas Betawi.

"LBB Tangsel ini salah tujuannya melestarikan budaya Betawi agar tak redup ditelan jaman. Jadi, sebagai putra Betawi hal itu sudah wajib dijaga kelestariannya," ucapnya singkat.

Menurutnya, adanya pembuatan miniatur rumah adat masyarakat Betawi pihaknya belum berencana untuk memasarkannya. Sebab, saat ini yang harus dilakukan bagaimana kebudayaan lokal tetap ada dan lestari sepanjang masa.

"Belum ada niat untuk di pasarkan. Kita sih inginnya kebudayaan Betawi tetap lestari," tandasnya. (Hen)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online