Print this page

Sepenggal Cerita Dari Kademangan Setu

Sepenggal Cerita Dari Kademangan Setu

Detaktangsel.com, OPINI -- Kademangan adalah nama salah satu Kelurahan yang ada di Kota Tangerang Selatan dengan luas wilayah 206 km2 dan jumlah penduduk 10.393 jiwa. Kelurahan ini termasuk kelurahan yang paling muda di Tangsel yang ditingkatkan statusnya dari Desa ke Kelurahan melalui Perda No.10 Tahun 2012 Tanggal, 30 Oktober 2012.
Sungguh berbanding terbalik dengan sejarah Kademangan sesungguhnya yang merupakan salah satu Desa tertua yang sudah ada sejak jaman pemerintahan Belanda di abad ke 18.

Beragam kisah dan cerita mengenai asal usul nama Kademangan pun bermunculan belakangan. Seperti yang dilansir dari TangerangOnline ID, 17 Juli 2016: H.Soleh seorang tokoh masyarakat yang tinggal di Rt.01 Rw.02 menyebutkan, jika di Kademangan dahulu terdapat Demang yang ditugaskan membantu pembangunan di wilayah tersebut. Ucap kakek yang sudah memiliki 16 cucu tersebut. Demang tersebut menjadi sentral yang melakukan pengaturan di beberapa wilayah yang ada di Serpong. Namun sayangnya tak ada yang mengetahui dengan pasti siapa nama Demang tersebut.

Senada dengan hal di atas, Tb.Sos Rendra budayawan Tangsel juga menyebutkan jika nama Kademangan diambil dari nama seorang Demang yakni Demang Wira yang berasal dari Kadipaten Tangerang di tahun 1650an.

Terlepas dari semua cerita mengenai asal muasal nama Kademangan tersebut, yang jelas nama Land Kademangan baru teridentifikasi pada peta Land yang diterbitkan pemerintah Belanda di tahun 1760 bersamaan dng nama2 Desa lainnya yg mana disebutkan nama2 land di sisi timur sungai Tjisadane teridentifikasi sebagai berikut: Benedenloop der Tji Sadane; Djampong; Westergouw; Salabantar; Tji Mangir. Medang; Alliet' Andemoei; Krangan; Salak; Kademangan; Poetjong; Serpong; Geneterong; Sampora; Babakan; Tji Kotjar; Lengkong; Tjisao; Sajagati; Bodjong Gintong; Priang; Kakoelonan; Kampong Baroe; veldschans Tanggerang; Mookervaart; Paroengkoeda; Bodjongringgit (dimiliki oleh Jacob Mossel); Sabi; oude koningsdoorgraving; Kadoewang.
(Hmmmm...agak asing juga ya mengenali nama2 Desa yang lain. Sebagian ada yang kenal sebagiannya lagi cuma me'reka2 dengan teori Cocokiyah...

Tapi yang jelas, Kademangan  adalah sebuah wilayah yang terlebih dahulu memiliki peradaban yang lebih maju di bandingkan dng beberapa wilayah yang ada di sepanjang arus Sungai Tjisadane mulai dari Land Lengkong menuju Land Dramaga di Tjiampea.

Kademangan di masa VOC adalah sebuah wilayah penting di Tangerang jauh sebelum VOC mendirikan bentengnya di Serpong (Fort Sampora). Di tempat ini merupakan salah satu transit para pedagang dari berbagai wilayah Batavia dan Tangerang menuju Bogor melalui navigasi perairan kali Tangerang (Tjisadane) menuju hulu sungai Tjisadane di Dramaga Ciampea.

Arus pertemuan para pedagang dari muara ke hulu Sungai Tjisadane inilah yang kemudian melahirkan pertemuan arus budaya baru di Kademangan yang melahirkan komunal2 kecil masyarakat Sunda yang bermigrasi dari hulu (Bogor) menuju Tangerang. Alhasil Kademangan menjadi wilayah pertama tempat bermukimnya komunitas Sunda dari wilayah Bogor dan Tangerang.
Bahkan jauh sebelum Regent di Batavia menjadikan Kademangan sebagai pusat penyanggah roda perekonomian di Tangerang, di tempat ini dahulunya merupakan cek point pasukan Mataram ketika hendak mengekspansi Banten pada perang Banten vc Cirebon yang berada di bawah tekanan Amangkurat 1, 22 Desember 1650 (H.J De Graf: Disintegrasi Mataram di Bawah Amangkurat 1).

Seiring dengan berjalannya waktu lambat laun Kademangan menjadi sebuah wilayah penting bagi VOC karena di tempat ini banyak terjadi transaksi jual beli hasil bumi dan barang dagangan lainnya oleh para pedagang.

Melihat kondisi Kademangan yang saat itu telah menjadi kota kecil di pedalaman Sungai Tjisadane yang ramai dikunjungi para pedagang dari berbagai wilayah, maka pemerintah VOC mengutuskan seorang Countroleur Belanda yang ditugaskan sebagai penghubung antara pemerintah Belanda dengan pemerintah pribumi di Kademangan.
Countroleur inilah yang kemudian disebut2 oleh masyarakat dng sebutan Demang akibat lidah pengucapan masyarakat lokal yg terasa susah untuk menyebut kata Countroleur yang kemudian diganti sebagai Demang yang lebih mudah pelafasannya...

Wallahu a'lam bishawab
Semoga Manfaat

Padepokan Roemah Boemi Pamoelang
20 Agustus 2022

Oleh: Agam Pamungkas Lubah