Print this page

Kurang Diminati Masyarakat, Trans Anggrek Harus Dievaluasi

Bus Trans Aggrek Manggal di Jalan Raya Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel. Bus Trans Aggrek Manggal di Jalan Raya Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangsel. ist

detaktangsel.com Serpong-Berdasarkan evaluasi Tangerang Public Transparency Watch (TRUTH), layanan transportasi massal Dinas Perhubungan Kota Tangsel Trans Anggrek masih jauh dari harapan. Faktanya, masyarakat kurang minati bus Trans Anggrek. Ini dibuktikan dengan sepinya penumpang.

Awalnya, Trans Anggerak Circle Line ini bertujuan untuk meningkatkan layanan transportasi massal yang menghubungkan seluruh stasiun kereta api di Kota Tangerang Selatan dan akan terintegrasi ke Bandara Soekarno-Hatta. Namun faktanya, jauh panggang dari api.

Memang sudah seharusnya Kota Tangsel memiliki moda transportasi yang nyaman. Namun, niat baik tersebut tidak teralisasi. Berdasrkan fakta di lapangan dari TRUTH, angkutan tersebut sepi penumpang dan tidak mengurai kemacetan. "Padahal anggaran untuk angkutan Trans Anggrek beserta operasionalnya mencapai RP6,5 miliar," kata Koordinator Divisi Advokasi dan Investigasi TRUTH Jupri Nugroho pada Kamis, (11/5/2017).

Untuk pengadaan satu unit bus Trans Anggrek, Pemkot Tangsel harus mengeluarkan kocek sebesar Rp1,25 miliar per unitnya. Saat ini terdapat lima bus. Jika dijumlahkan dengan lima bus maka total yang keluar dari APBD adalah sebesar Rp6,25 miliar. "Ini akan menjadi sia-sia jika pada tahapan pelayanan tidak dijalankan dengan maksimal. Perlu adanya evaluasi dan pengawasan dari masyarakat agar anggaran yang sudah dikeluarkan tidak sia-sia atau menguntungkan segelintir oknum," terangnya.

Selain itu, sambung Jupri TRUTH menilai sepinya penumpang lantaran tidak adanya keseriusan Dinas Perhubungan dalam mempublikasi dan mensosialisasikannya. "Penelusuran kita di lapangan, Trans Anggrek terlihat melintas tanpa ada penumpang sama sekali. Itu berlangsung sejak awal 2016, hingga hari ini Trans Anggrek masih selalu dalam keadaan kosong seperti terlihat di jalan Siliwangi, Pamulang," ujarnya.

Permasalahan yang lain juga, kata Jupri, terlihat dari jam ppersional yang tidak jelas. Jadwal operasional yang sudah dijadwalkan tidak efektif. Bahkan, pada jam-jam operasional sudah terparkir di pool. "Kita pernah mendatangi terminal Pondok Cabe untuk memastikan beroperasinya Trans Anggrek. Menurut salah satu pemilik warung di terminal mengatakan, bus hanya sesekali terlihat masuk. Padahal seharusnya melayani pada jam-jam sibuk, yaitu pagi pada pukul 06.00 sampai 09.00 Wib, Siang pada pukul 11.00 sampai 14.00 Wib dan Sore 15.00 sampai 18.00 Wib.