Menanggapi kabar Benyamin Davnie yang akan lakukan manuver politik itu, di nilai oleh pengamat politik UIN Syarif Hiadayatullah Jakarta, Adi Prayitno, sebagai hal yang lumrah.
Menurut Adi, sudah menjadi hal yang lumrah bagi para elit untuk berpindah-pindah partai supaya bisa tetap maju dalam konstetasi politik Pilkada tahun ini.
"Ini fenomena yang biasa di politik kita. Sering kali kita temukan para elit yang pindah-pindah partai untuk dapat diusung,” kata Adi, Senin (2/3/2020).
Dia mengatakan, masuk ke partai politik hanya sekedar strategi taktis untuk bisa kembali berkuasa. Karena memang syarat maju dari partai politik itu di nilai jauh lebih efektif untuk bertarung di Pilkada.
"Selama ini pilihan berpartai bagi elit seperti ini, hanyalah strategi taktis saja untuk menuju tangga kekuasaan selanjutnya,” ungkap Adi.
Namun Adi menyayangkan sikap partai politik yang begitu mudahnya menerima orang luar untuk diusung menjadi kadernya.
"Selama ini rekrutmen di partai tak terlampau ketat. Asal ada sosok yang dianggap populer bisa menambah elektabilitas partai, biasanya langsung di rangkul,” ujarnya.
Sikap tersebut, Adi melanjutkan, menunjukkan bahwa kaderisasi yang di lakukan partai politik selama ini terkesan kurang berjalan maksimal.
“Itulah kecenderungan parpol kita selama ini. Tak terlampau penting melihat kaderisasi, asal ada sosok yang bisa meningkatkan elektabilitas,” pungkasnya. (Dra).