Sastrawan Taufik Ismail Puji Keberadaan Perpustakaan Keliling di Tangsel

Pamulang- Sastrawan Taufik Ismail,Puji Perpustakaan Keliling Tangsel.Rabu (13/11)dt Pamulang- Sastrawan Taufik Ismail,Puji Perpustakaan Keliling Tangsel.Rabu (13/11)dt

PAMULANG-Keberadaan perpustakaan keliling di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mendapatkan sanjungan dari sastrawan Taufik Ismail. Hal itu diungkapkannya pada saat talkshow diacara Jambore Perpustakaan II bersama Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kota Tangsel, diPamulang, Rabu (13/11).

“Keberadaan mobil perpustakaan keliling yang menyediakan berbagai fasilitas buku bacaan bagi pelajar dan masyarakat umum tentu saja perlu mendapatkan apresiasi,” katanya.

Mengingat budaya membaca buku saat ini, lanjut Taufik sudah semakin menurun, baik dikalangan pelajar  maupun masyarakat umum. Selain itu dalam dunia pendidikan kegiatan membaca buku tidak dimasukan kedalam kurikulum, singgungnya.

“Kegemaran membaca buku seharusnya sudah ditanamkan sejak SD, SMP hingga SMA. Dan ketika sudah memasuki Perguruan Tinggi kecintaan membaca buku sudah semakin tertanam,” paparnya.

Mengambil contoh negara Asia lainnya  seperti Brunai, Singapura, Malaysia dan Thailand. Seluruh pelajar di negara tersebut diharuskan bisa menamatkan 7 buku hingga tingkat SMA. “Kecintaan membaca buku di Indonesia kini sangat tertinggal jauh, tidak seperti masa penjajahan kolonial Belanda dulu,” tandasnya.

Pada masa penjajahan dulu, urai Taufik seluruh pelajar Indonesia sudah mampu menamatkan 25 judul buku bacaan pada saat SMA, dan itupun mereka selesaikan dalam tiga bahasa yaitu Jerman, Inggris dan Belanda.

Hal ini dicontohkan Tokoh tokoh besar Indonesia, seperti Ir Soekarno, Muhammad Hatta, Syahrir, H. Ahmad Dahlan dan yang lainnya “Pendidikan yang mereka terima sama dengan pendidikan anak anak Eropa dan Amerika,” jelasnya.

Kegagalan menanamkan budaya membaca buku sekarang ini jelasnya merupakan buah dari kebijakan dalam menentukan arah pendidikan Indonesia setelah Kemerdekaan. Waktu itu, para pemimpin Indonesia menitik beratkan arah pendidikan kepada bidang eksakta.

Sementara kewajiban membaca buku dan mengarang malah dicoret dan tidak dimasukan kedalam kebijakan. “Pelajaran Bahasa Indonesia  yang diajarkan saat ini hanya tatabahasa yaitu awalan, sisipan ,akhiran. Tapi pelajaran mengarang tidak lagi diajarkan apalagi membaca buku,” tegasnya.

Oleh karena itu Taufik mengajak kepada seluruh pendidik untuk terus menanamkan budaya membaca buku kepada generasi penerus seperti yang sudah dilakukan tokoh-tokoh besar Indonesia dahulu. (mln)

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online