Print this page

Rakyat, Kuda Tunggangan Elit Politik

Rakyat, Kuda Tunggangan Elit Politik

detaktangsel.com-  2014 berdasarkan ilmu Cina, feng shui, digambarkan sebagai tahun  kuda kayu. Konon, berdasarkan metodelogi feng shui yakni 4 pilar dan  8 elemen, 2014 ibarat tahun penuh prahara. Entah terkait bencana alam, sosial politik, atau  sosial ekonomi.

Sungguh menyeramkan dan menakutkan. Pendek kata, ketidakharmonisan akan mewarnai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Percerminan arogansi manusia menguat. Kesombongan menjadi watak dan karakter tersendiri dalam diri masyarakat, terutama elit politik terkait penyelenggaraan pesta demokrasi, pemilihan umum calon anggota legislatif (Pileg) dan pemilihan umum presiden – wakil presiden (Pilpres) pada 2014.
Kuda kayu di-justifikasi sebagai simbol kekacauan. Kondisi sosial politik karut marut di tanah air bertepatan penyelenggaraan pemilu 2014. Budaya simbol ini mendarahdaging dalam kehidupan kemasyarakatan. Terlepas benar tidaknya, itu sulit ditebak. Karena   berdasarkan ilmu Cina kuno, feng shui,  hasil analisis menunjukkan sedemikian rupa adanya. Apalagi menurut penanggalan Cina, komposisi elemen setiap tahun akan berulang  setelah satu siklus putaran, 60 tahun.
Demikian halnya tahun kuda kayu akan berulang setiap 60 tahun sekali. Hal ini menjadi pokok pembahasan terkait bangsa Indonesia akan menyelenggarakan pesta demokrasi pada 2014. Maka kali ini kemungkinan ada potensi besar akan terjadi banyak konflik. Konflik akan terjadi baik dalam internal partai maupun antarpartai politik.
Beda bila berdasarkan sejarah atau legenda Yunani. Justru kuda kayu  digambarkan sebagai kuda troya. Artinya kuda kayu punya konotasi negatif bagi rakyat.
Sebagaimana digambarkan dalam film berjudul Troy. Film ini antara lain dibintangi  Brad Pitt,  Eric Bana, dan Orlando Bloom. Alur cerita film menggambarkan kisah peperangan. Penyerbuan terhadap Kota Troya yang terletak di Asia Kecil, oleh pasukan Akhaia (Yunani). Peristiwa ini terjadi karena Paris menculik Helene dari suaminya Menelaos, raja Sparta.
Perang ini merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam mitologi Yunani dan diceritakan di banyak karya sastra Yunani. Dua naskah kuno mengenai perang ini paling terkenal adalah Iliad dan Odisseia karyaHomeros. Iliad mengisahkan bagian dari tahun terakhir pengepungan Troya. Sedangkan Odisseia menceritakan perjalanan pulang Odisseus, salah seorang pemimpin Akhaia.
Bagian-bagian lain dari kisah ini diceritakan dalam suatu seri wiracarita yang hanya tersisa dalam bentuk fragmen-fragmen. Kisah perang ini menjadi bahan untuk kisah-kisah drama tragedi Yunani dan karya-karya sastra Yunani lainnya, dan juga untuk parapenyair Romawi seperti Vergilius dan Ovidius.
Orang Yunani kuno mempercayai Perang Troya sebagai peristiwa sejarah yang terjadi pada abad ke-13 atau 12 SM. Bahkan,  mereka meyakini  Troya terletak di Turki modern di dekat Dardanelles.
Pada masa modern, baik perang maupun Kota Troya pada awalnya banyak dianggap bukan sebagai peristiwa sejarah. Tetapi  Arkeolog Jerman Heinrich Schliemann bertemu Frank Calvert (1868) yang meyakinkan Schliemann bahwa Troya ada di Hissarlik dan Schliemann. Kemudian mengambil alih penggalian Calvert dengan properti milik Calver.
Saat melakukan penyerbuan, pasukan Akhaia menerobos pertahanan Kota Troya menggunakan kuda kayu, di mana di dalam patung kuda itu dipadati ‘mesin’ pembunuh. Mereka berpura-pura menjadi pedagang ketika memasuki pintu gerbang Kota Troya. Ketika tengah malam saat pihak keamanan Kota Troya tertidur, pasukan Akhaia melakukan penyerangan.
Lalu, apa hubungannya dengan hasil analisis feng shui dan akan diselenggarakan pesta demokrasi di Indonesia? Tentu gambaran ini akan menjadi benar bila dikait-kaitkan.
Sudah menjadi tradisi bahwa setiap diselenggarakan pesta demokrasi, rakyat (baca: konstituen) selalu menempati posisi pelengkap penderita bagi subyek yakni elit politik.  Betapa tidak, mereka dipateri   sistem politik giring kerbau atau juga dikenal dengan politik dagang sapi.
Para konstituen akan mengikuti arah dan petunjuk masing-masing elit politik setiap partai. Digiring ke sana-kemari dan dikumpulkan di lapangan terbuka atau gedung untuk mendengarkan ocehan elit politik jual program maupun perdagangkan figur yang dicalonkan sebagai presiden.
Ya bisa dikatakan konstituen mirip dan hanya dijadikan kuda tunggangan alias troya bagi elit partai. Mereka digiring untuk melakukan penyerangan dalam  upaya mendulang suara sebagai upaya menggapai pemenangan.
Menyoal gambaran arogansi seperti hasil analisis feng shui, itu pasti terjadi. Karena, menjadi  tradisi elit partai senantiasa bersikap arogan, sombong, sok berkuasa, dan pamer kekuatan. Maka, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi gesekan terbuka lebar.
Benar tidaknya hasil analisis feng shui dengan kondisi obyektif sosial politik 2014 di tanah air, kembali pada pemikiran yang jernih dan cerdas dalam membaca suhu politik. Memanas itu pasti. Kaku bak kayu juga tidak bisa ditolak mentah-mentah. Persoalannya sebagian besar rakyat Indonesia telanjur melekat pada budaya simbol.
Seolah hasil analisis feng shui benar adanya, apalagi dikaitkan dengan fenomena alam dan kisah perang Troya. Yang penting, rakyat pandai-pandai memandang gelombang dan membaca situasi psikologis politik. Terpenting lagi berani menentang kemauan elit politik bila sekadar dijadikan kuda tunggangan untuk memasuki zona ‘peperangan’ politik pada pemilu 2014. (red)

Related items