Aku Bukanlah Termasuk Orang Cengeng

Aku Bukanlah Termasuk Orang Cengeng

detaktangsel.comCELOTEH - Dunia, sahabatku memperlakukanku begitu buruk. Aku bukanlah termasuk orang cengeng. Tapi, kini kau memperlakukanku begitu buruk.

Pasti akan membosankan, kesengsaraan ini. Adapun di hari kau lihat aku telah pergi. Esok mungkin 'kan hujan. Karenanya, kuikuti matahari. Suatu saat kau tahu, akulah orang yang kau inginkan.

Kuingin, bukan harapkan, kau minta maaf padaku dan kawan-kawan. Kau telah berbuat kesalahan fatal. Menelantarkan dan mempermainkan perasaan penuh harapan. Namun, kenyataanya kau bokis. Kalau tidak pernyataanmu selalu nembak, tarsok. Ntar atau besok. Sebel jadinya.

Tulisan bernada kecewa dan menyesal ini tertuang dalam buku harian Soegiek. Adalah Yogi yang menemukan di tempat parkir Dinas Kemakmuran Rakyat Semesta. Yogi pengen buang ke bak sampah. Namun, diurungkan niatnya ketika membaca sepenggal cerita menyedihkan tersebut.

Nasibnya memang ironis. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Soegiek mengalami pasang-surut. Saat ini kondisi ekonominya sedang terjun bebas alias bangkrut.

Usaha apapun dilakuin. Jadi pedagang kaki lima sudah dilakoni. Kernet angkot dirasakan.

Komentar pendek itu diungkapkan Muladarman. Tanpa sadar, Muladarman tersendat-sendat bahas buku harian Soegiek. Yogi pun larut. Mereka nyaris tidak percaya sosok Soegiek yang penuh semangat akhirnya kandas karena terikat komitmen pertemanan.

Di buku harian itu, tertulis bekerja di Restoran Cina sebagai jurumasak. Resep dan olah masakannya lezat. Bikin lidah berjoget ria ketika mengunyah kentang goreng.

Kalangan pelanggan Restoran Cina acungi jempol. Di kawasan Ciputat dan sekitarnnya tiada duanya. Namun, nasib Soegiek malang nian. Karena tidak memasang badrol, Liem San Jie Pak, seenaknya memberi upah kepada Soegiek.

Terkadang Soegiek sering kesal. Demi pertemanan, Soegiek hancurkan perasaan menyesalnya itu.

Soegiek sering manyun. Tanpa menerima upah. Sedangkan Sang Toke, Liem San Jie Pak suka memeras keringat Soegiek. Juga rekan sekerja Soegiek. Padahal keringat mereka bau anyir.

"Mul bisa-bisanya Liem San Jie Pak bertindak demikian ya. Perbuatan itu sama halnya tidak manusiawi," kata Yogi.

"Ya Yog. Sengsara banget ya Soegiek. Sangat langkah orang model Soegiek di zaman sekarang. Kalaupun ada, dia pasti enggak mau menerima upah kecuali gajian. Hanya Soegiek yang mau diperlakukan demikian," sahut Muladarman.

"Diam-diam Soegiek kantongi sertifikat ahli masak lho Yog. Karena dia pernah menjuarai lomba masak se-antero Tangerang Selatan."

"Oh ya!" seru Yogi setengah tidak percaya.

Muladarman kasih tahu Yogi, siapa sebenarnya Soegiek. Data base Soegiek lengkap terdapat Mbah Google. Yogi baru percaya setelah membaca jaringan perpustakaan dunia maya tersebut.

Baik Yogi maupun Muladarman percaya, dunia ini sungguh kejam. Suka bikin manusia, seperti Soegiek jadi sengsara. Pendek kata, benar adanya anekdot bahwa jangankan mencari yang haram, yang halalpun sulit. Ini dialami Soegiek. Untuk mendapatkan uang halal susah, apalagi mau mencari yang haram.

"Hei Yog, Mul. Kamu serius banget ngobrol berduaan. Sampai kamu enggak tahu kehadiranku," kata Ismet Kamarulzaman menegur.

"Sorry, lagi membahas buku harian Soegiek nih Met. Jadi enggak kedengaran deh derap langkahmu. Sungguh menyedihkan," tutur Muladarman dan diamini Yogi.

"Nih, bacalah sendiri," tambah Yogi sambil menyerahkan catatan Soegiek tentang Soegiek.

Hemmmm, Ismet membolak-balik dari lembaran satu ke halaman yang lain. Tidak banyak komentar kecuali mendehem sambil menarik napas panjang. Ismet membaca tulisan tangan Soegiek dengan seksama. Karena Ismet takut kehilangan ceritanya.

"Soegiek .......Soegiek. Kalau jadi kamu, aku sudah hengkang. Buat apa bekerja ama teman kalau bikin sengsara. Mau wujudkan mimpi yang bagaimana kalau hanya menerima upah, bukan gajian," tutur Ismet pelan.

"Pendapatmu benar, tapi juga salah Met. Soegiek sangat menghargai dan menghormati arti persahabatan. Bosnya aja yang kelewatan, enggak tahu diri," kata Muladarman.

"Soegiek tahu korban pemerasan. Namun, dia enggak mau kehilangan sahabat yang bernama Liem San Jie Pak, bosnya itu."

Di alinea terakhir catatan tangan Soegiek menulis:

Benar-benar malam yang sangat berat. Dan ku telah bekerja keras sekali. Kau tahu aku bekerja sepanjang hari. Namun ku tidak mendapatkan sepersen pun uang. Jadi beginilah aku. Ada beberapa tempat yang selalu kuingat dalam hidupku.Meski sebagian telah berubah, sebagian tetap. Jangan biarkan aku murung. Bila seseorang mengenalku, kenalilah aku apa adanya.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online