Biar Tekor Asal Kesohor

Biar Tekor Asal Kesohor

detaktangsel.comCELOTEH - Ini kebiasaan gak bener. Tidak patut ditiru. Selain nekat, juga ngawur Djarwo kalau mengaplikasikan keinginannya.

Tiba masa, tiba akal. Itu kebiasaan buruk Djarwo. Tidak peduli tidak punya modal. Namanya hajatan harus digelar. Biar tekor asal kesohor.

Rohidi selalu ingatin Djarwo. Begitu pun Dilan. Nasihat, baik Rohidi maupun Dilan, dianggap angin lalu.

"Kok pada ribut sih. Gue yang punya hajat," kata Djarwo kepada Rohidi dan Dilan.

Maksud Rohidi dan Dilan baik. Mereka menyadarkan Djarwo agar melunasi utang. Jangan sampai utang belum lunas, ketiban utang lagi.

"Woooo.....Djarwo. Ente emang suka cari masalah," sahut Rohidi.

"Udah tahu enggak gablek doku, eeeh malah adain hajatan. Pakai nanggap organ tunggal lagi."

Tidak sekali ini Djarwo bertingkah nekat. Pernah usai acara, Djarwo kelabakan cari uang untuk melunasi sewa gedung dan bayar makanan. Telepon sana, telepon sini.

Kali ini bakal terulang kembali. Raut muka Djarwo kusut. Kebiasaan telepon sana, telepon sini. Biasa cari modal.

Djarwo memperkirakan akan menghabiskan dana sekitar Rp 75 juta. Biaya ini mencakup cetak undangan, sewa tenda, panggung, dan pesan makanan. Lalu, tidak kepalang tanggung datangkan artis ibukota beserta organ tunggalnya.

Dibilang pusing tujuh keliling pasti. Namun, Djarwo suka mengalami keruwetan seperti itu.

Sementara itu ia hampir kurang peduli terhadap masalah keluarganya. Mau makan, dandan, atau bayar biaya sekolah. Praktis, Djarwo cuek bebek bila mengetahui anggota keluarganya enggak badan alias kantong kering.

Mau mengadu ke Komnas HAM, terlalu tinggi. Mau ke KPK, tidak terkait dengan kasus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Terpaksa, Erni Kasihani, istri Djarwo gigit jari. Juga ngomel sendiri. Ya, perilaku Erni Kasihani mirip orang sakit jiwa.

Kebanyakan tetangganya di Kampung Benggek cuma bisa mengelus dada. Juga membatin, karena tidak bisa berbuat apa-apa.

"Salah orangtuanya mungkin kasih nama Erni pakai Kasihani segala. Jadi beginilah nasib Erni, dikasihani orang," tutur Prihatini bercerita kepada Emin Kusmiati, istri RT.

"Suami saya berulang kali menasihati Djarwo. Namun, Djarwo udah kebal ama nasihat. Ya beginilah jadinya," kata Emin menjawab Prihatini.

Probelem sosial kemasyarakatan ini menjadi bahan pembicaraan sebagian warga Kampung Bengek, Desa Ampera. Djarwo sekeluarga menjadi buah bibir.

Prihatini dan Emin tampak serius bahas masalah Djarwo. Tidak terkecuali anak-anaknya yang makin tidak ceria. Terkadang, sebagai istri RT, Emin suka mengirim beras empat liter, mie instan sekardus, dan makanan kecil lainnya.

"Eeeeh Pak Djarwo dari mana aja. Perlente banget," kata Prihatini menyapa Djarwo kebetulan melintas.

Dandanan Djarwo necis banget. Bau parfumnya semerbak banget. Namun, Djarwo tidak menutupi kemuramannya.

"Biasa cari uang, Bu Pri," jawab Djarwo kepada Prihatini.

"Tinggal seminggu acara sunatan Andi."

Prihatini dan Emin mengiayai saja. Tidak banyak komentar. Namun, dalam hatinya menertawai Djarwo.

"Woooooo.......Djarwo kok enggak sadar-sadar," kata Prohatini dalam hati.

Perasaan serupa juga disimpan Emin. Wanita beranak satu ini tidak suka gaya hidup Djarwo. Udah tahu enggak punya modal alias dana, malah mau bikin pesta besar-besaran. Apa tidak menambah beban moral bagi Erni Kasihani.

Selang dua jam, Erni Kasihani menghampiri Prihatini dan Emin. Sambil terisak dan meleleh air matanya, Erni Kasihani menangis. Ia curhat soal perilaku suaminya, Djarwo.

"Ibu Pri, Ibu Emin, maafin saya ya. Saya udah tidak tahan hadapi suami. Saya pusing banget," tutur Erni Kasihani menceritakan kondisi rumah tangganya.

Erni Kasihani mengaku menentang rencana suaminya adain pesta besar-besaran pada acara sunatan Andi. Namun, Djarwo kekeh. Acara tetap dilangsungkan dengan menyebarkan undangan.

Baik Prihatini maupun Emin menjadi pendengar setia. Segala keluhan Erni Kasihani ditampung tanpa jalan keluar. Sementara Erni Kasihani tidak henti-hentinya menangis sambil bercerita.

Go to top

Copyright © 2013  Detak Group. All rights reserved.

Support by pamulang online