Print this page

Rusia Ancam Amerika Dan Uni Eropa

Presiden Vladimir Putin Presiden Vladimir Putin

detakdunia - MOSKOW, Bank sentral Rusia menjual cadangan devisanya untuk membeli rubel. Kebijakan ini mencegah mata uang Rusia dari kejatuhan lebih dalam lagi. Sementara pasar bereaksi panik atas persetujuan parlemen Rusia kepada permintaan Presiden Vladimir Putin untuk menggelar aksi militer di Ukraina.

Aksi militer Rusia itu menimbulkan keras dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Kabarnya, Amerika beserta sekutunya mengancam akan menjatuhkan sanksi internasional terdapat Rusia.

Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (7/3), Ketua Komisi Legislasi Konstitusi dan Masalah Hukum Rusia Andrei Klishas menanggapi ancaman Amerika dan sekutunya tersebut. Ia menandaskan, Majelis Tinggi Parlemen Rusia atau Dewan Federasi Rusia mengusulkan legislasi bagi pembekuan aset perusahaan-perusahaan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang beroperasi di Rusia jika sanksi internasional jadi dikenakan kepada Rusia.

"Setiap sanksi seharusnya resiprokal (timbal balik), maka itu kami menginginkan undang-undang yang bisa mengurangi peluang yang dimiliki presiden dan pemerintah," kata Klishas kepada wartawan seperti dikutip Kantor Berita ITAR-TASS.

Ia akan meminta Ketua DPR untuk memerintahkan tiga Komisi agar membuat rancangan undang-undang. Untuk itu, ia berjanji untuk mendiskusikan soal ini dengan para Ketua Majelis Rendah.

Di pasar keuangan Rusia, pemerintah negeri itu, 3 Maret lalu, telah melepas 11,3 miliar rubel cadangan devisanya. Upaya ini untuk menyangga mata uang Rusia dari akibat apa yang disebut 'Senin Hitam' ketika rubel dihantam tekanan jual besar-besaran menyusul konflik di Ukraina.

Bank sentral Rusia melepaskan cadangan devisanya untuk membeli rubel. Selain itu, untuk mencegah mata uang Rusia ini dari kejatuhan lebih dalam lagi menyusul pasar bereaksi panik atas persetujuan parlemen Rusia kepada permintaan Presiden Vladimir Putin untuk menggelar aksi militer di Ukraina. (red)